Pelari lintas alam ekstrem asal Bogor, Hendra Wijaya, berhasil menjadi finisher pertama dari Indonesia di lomba trail marathon di Kutub Utara sepanjang 566 kilometer.
Ketebalan es di kawasan lomba tersebut rata-rata 1,5 kilometer dengan suhu bisa mencapai -32 derajat celcius. Setiap pagi dilakukan pembersihan salju dengan alat berat, walaupun salju datang setiap saat.
Tentu amat banyak yang harus dilakukan Hendra, dari urusan makan sampai buang hajat yang semuanya sudah barang tentu dilakukan di atas salju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama perjalanan ia membawa perbekalan menggunakan sebuah gerobak yang ia tarik-tarik selama perjalanan. Salah satu bekal makanan selama perjalanan adalah berupa 'power bar'.
"Bentuknya memang seperti cokelat batangan. Komposisinya itu ada oats, cokelat, natrium, kalium, dan lain lain," jelas Hendra.
Power bar tersebut ia makan untuk hari keempat hingga delapan. Selama 3 hari pertama ia masih beruntung bisa memasak mie yang dicampur salmon.
"Persediaan mie ditambah salmon itu sampai 3 hari. Setelah itu mengkonsumsi yang batangan itu," imbuhnya.


Cerita lain yang dituturkan Hendra adalah cara dia untuk berusaha tetap menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, yaitu salat 5 waktu. Medan yang sulit membuatnya harus pintar-pintar mengakali agar ibadah dan lomba tetap berjalan.
"Kita kan nggak boleh buka ini ya (sarung tangan), jadi mau nggak mau tayamum saja. Semua apa yang ada, saya tempelin tangan saya di situ.

Mengenai motivasi dirinya mengikuti lomba yang sangat ekstrem itu Hendra mengatakan ingin menguji batas kemampuan dirinya.
"Saya ingin mengukur eksperimen tubuh saya. Saya tidak pernah menyerah. Saya selalu fokus pada finish. Saya juga ingin melihat dunia luar," tuturnya.
Hendra mengungkapkan, rahasia suksesnya menaklukan lomba tersebut adalah keyakinan. Pengaruh fisik yang kuat dianggapnya tak lebih dari 20 persen.
"Itu tantangan untuk tubuh saya. Fisik itu cuma 20 persen. Pikiran itu 80 persen. Pikiran juga mengendalikan kesabaran mental," imbuhnya.

(rna/a2s)