Setelah Ellyas Pical, ikon tinju Indonesia tak pelak adalah Chris John. Terinspirasi Oscar de la Hoya, pria Banjarnegara itu membuktikan bahwa dengan kerja keras dirinya bisa menjadi seorang juara dunia.
"Waktu itu saya melihat Oscar (de la Hoya) di televisi. Saya pikir Oscar itu sangat tenar, keren, bisa masuk televisi dan juara. Makanya saya ingin menjadi seperti dia," tutur Chris John dalam perbincangan dengan detikSport, Selasa (10/11/2015), menyoal siapa sosok olahragawan yang menjadi panutan (role model) dan pahlawannya.
Sejak lahir Chris memang lekat dengan tinju. Maklum, bapaknya, Johan Tjahjadi, adalah seorang mantan petinju amat. Sang ayah pula yang langsung menjadi pelatih buat Chris dan adiknya, Adrian, ketika masih berusia 5 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkat Chris John, berkali-kali lagu "Indonesia Raya" berkumandang di atas ring internasional. Sampai saat ini dia tercatat sebagai petinju dengan durasi terlama kedua yang menyandang gelar juara dunia di kelas bulu, selama satu dekade. Untuk rekor ini ia hanya kalah dari petinju Amerika Serikat, Johny Kilbane, yang pernah menjadi juara dunia kelas dulu selama 11 tahun, dari 1912 sampai 1923.
"Setiap akan bertanding saya selalu berpikir bagaimana bisa berprestasi dengan keterbatasan yang ada," kata pria bernama lengkap Yohanes Christian John ini.
"Saya juga tidak ingin kerja keras dan latihan yang saya lakukan jadi sia-sia. Makanya saya berpikir bagaimana bisa menang dan juara," tambahnya.
Chris menyadari, untuk menjadi seorang petinju akan sulit jika tidak memiliki bakat. Apalagi perkembangan tinju di tanah air tidak semulus seperti di luar negeri. Belum lagi eventnya sedikit, dan manajemennya kurang begitu bagus.
"Makanya, sebenarnya untuk bisa berprestasi tidak bisa instan atau santai saja. Kembali lagi harus punya semangat kerja keras, motivasi latihan yang tinggi, dan mentalnya juga harus kuat," imbuhnya.
"Tentu harus didukung juga dengan pemerintah dan pihak swasta. Artinya, semakin banyak televisi yang menayangkan tayangan olahraga. Tidak hanya sepakbola, bulutangkis, dan tinju, tapi olahraga lain juga.
Sudah hampir dua tahun Chris John menggantungkan sarung tinjunya. Namun, mimpinya untuk terus membesarkan olahraga tinju di Indonesia tak pernah redup, sebagaimana tinju telah membesarkan namanya, dan dia menjadi sesosok pahlawan untuk negaranya dari arena olahraga.
"Saya ingin menggelar sebuah pertandingan tinju amatir maupun profesional," katanya.
(mcy/a2s)