Bagaimana Mengerek 'Nilai Jual' Atlet?

Bagaimana Mengerek 'Nilai Jual' Atlet?

Femi Diah - Sport
Kamis, 19 Nov 2015 15:33 WIB
Bagaimana Mengerek Nilai Jual Atlet?
Jakarta -

Kampanye Pahlawan Olahraga yang digaungkan Menpora Imam Nahrawi direspons cepat oleh Ketua Komisi Atlet KOI, Krisna Bayu. Kebetulan mantan judoka nasional itu juga tengah menggodok jurus jitu untuk mendongkrak 'nilai jual' atlet.

Menpora Imam Nahrawi mencoba untuk mempopulerkan profesi atlet lewat 'Susy Susanti Pahlawanku, Siapa #PahlawanOlahragamu pada 10 November lalu. Imam bukan hanya mengajak masyarakat untuk meneladani semangat atlet, tapi juga mengincar regenerasi dari cara tersebut.

Cara itu bakal dikembangkan oleh Komisi Atlet KOI periode 2015-2019. Bayu yang mengetuai komisi tersebut tengah mematangkkan bagaimana agar atlet dikenal masyarakat sekaligus juga mempunyai 'nilai jual' yang lebih tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain berkaca kepada pengalamannya, usaha itu menjadi salah satu fokus dengan melihat para atlet top dunia. Para atlet elit dunia dihargai mahal oleh sponsor dan merekapun masuk jajaran pesohor.

Bayu sendiri pensiun sebagai judoka di tahun 2011, tepat setelah dia menyumbangkan medali perunggu dari nomor -100kg di SEA Games Jakarta. Dalam keikutsertaan di SEA Games dari masa ke masa, Bayu mengoleksi enam medali emas yang artinya sekaligus sebanyak enam kali dia mengerek bendera Merah Putih paling tinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya dan diperdengarkannya lagu Indonesia Raya. Dia juga tiga kali tampil di Olimpiade,

Dengan sederet prestasi itu, Bayu menilai masih saja ada pihak-pihak yang kurang menghargai. Salah satu pengalaman tak mengenakkan pernah diterimanya ketika diminta menjadi salah satu bintang tamu televisi. Bayu diberi honor sekitar Rp 1 juta.

"Katanya sebagai pengganti uang transport. Saya tolak karena acaranya komersil dan tak berkaitan dengan olahraga," kata Bayu mengenang pengalaman itu.

Dia kemudian menyodorkan nama judoka lain yang prestasinya belum mendunia. dari perhitungan Bayu, seleb yang belum mentas di level dunia saja bisa dibayar lebih tinggi darinya. Kenapa dia yang sudah bertarung demi Merah Putih dihargai lebih rendah. "Bukan apa-apa, saya berusaha untuk menghargai diri-sendiri, juga profesi saya," jelas pemilik mantan judoka kelahiran Jakarta 24 Desember 1974 itu.

Tak ingin ada pihak lain 'menyepelekan' profesi atlet lagi, Bayu berencana untuk membekali atlet-atlet elit yang tergabung dalam pelatnas utama dengan bermacam-macam nilai tambah.

Baca juga: Krisna Bayu Gandeng Para Olmpian untuk Mendongkrak Mental Atlet

"Pertama mereka harus mengetahui dan memahami nilai-nilai Olimpian. Kedua saya akan bekerja sama dengan komisi lain di KOI ini untuk membekali para atlet dengan public speaking," tutur Bayu.

Bahkan, Bayu akan membuat pembekalan table manner kepada para atlet pelatnas itu. Komisi Atlet juga bakal menggodok lagi pendidikan atlet agar selaras dengan prestasi olahraga.

Nah, dengan prestasi dan dipadu bekal tambahan itu, Bayu optimistis atlet bakal mempunyai 'nilai jual' yang lebih tinggi. Di sisi lain, atlet akan lebih percaya diri untuk tampil di muka publik. Imbasnya tentu kembali kepada atlet lagi. Masyarakat bisa lebih mengenal si atlet.

"Pelatihan-pelatihan itu saya utamakan untuk para atlet yang nanti akan ke Olimpiade. Para atlet ini membutuhkan dukungan dari masyarakat Indonesia dalam bertanding di Rio de Janeiro nanti. Bagaimana mereka dapat dukungan kalau publik tak kenal," ucap Bayu.

Langkah-langkah itu tak dimungkiri membutuhkan dana yang tak sedikit. Bayu optimistis selain anggaran KOI, sponsor juga bakal mudah didapatkan.Β 

(fem/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads