Komisi Atlet Komite Olimpiade Indonesia (KOI) periode 2015-2019 diisi Krisna Bayu. Mantan judoka nasional itu menyebut inila saat yang tepat sebagai momentum menjadikan atlet sebagai tokoh utamanya.
Berlatih dan tampil dalam turnamen sudah menjadi tugas utama para atlet. Komite Atlet IOC bahkan menyebut jika salah satu tugas mereka adalah memastikan pola latihan terbaik sehingga atlet dan organisasi bisa meraih keuntungan.
Tapi, berlatih dan turun ke arena saja tidaklah cukup. Mereka harus pandai-pandai 'memasarkan' diri demi menggairahkan olahraga nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum bisa menjamu orang lain, Krisna Bayu mengingatkan agar para atlet bisa mulai belajar dengan berkenalan dan harmonis dengan masyarakat kita sendiri.
Komisi Atlet yang kini dipimpin Krisna Bayu bertekad menjadikan bidang yang dipegangnya itu untuk mencapai misi tersebut. Dia ingin Komisi Atlet periode kali ini lebih 'hidup'. Dua periode KOI sebelumnya komisi itu juga dipegang mantan atlet, mantan perenang nasional Lukman Niode dan dan atlet atletik Purnomo.
Redaksi detikSport berkesempatan wawancara dengan Bayu. Dia mengungkapkan sejumlah rencana untuk 'menghidupkan' komisinya itu:
Tanya (T): Selamat, Anda dipercaya untuk menempati posisi ini selama empat tahun ke depan.
Jawab (J): Ini kursi panas he he he...
T: Seperti apa prosesnya sampai Anda duduk di Komisi Atlet KOI ini?
J: Saya mengajukan diri kepada Olimpian yang tergabung dalam Asosiasi Olimpian Indonesia. Mereka mengizinkan. Kalau toh ada calon lain yang bersedia maju, saya siap bertarung.
T: Sudah tahu konsekuensi kepengurusan KOI saat ini bakal lebih berat?
J Wah jelas. Pertama karena kami, KOI periode ini bersama Pak Erick Thohir, harus mengembalikan tradisi emas ditambah menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
T: Sejauh ini apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam rapat-rapat Ketua KOI yang baru dengan pengurus yang sudah ada?
J: Persiapan Asian Games yang jadi utamanya. Yakni menyiapkan grand desain sebagai tuan rumah Asian Games itu. OCA sudah memberikanlampu kuning kepada kita lho.
T: Apakah itu artinya Olimpiade akan dinomorduakan?
J: Tidak, tentu tidak. Ada dua tim yang dibuat untuk mengurusi dua event itu. Tugas kerja dibedakan, Tim ke Olimpiade lebih ramping, sebab mereka mengurusi kontingen yang lebih kecil. Tidak lebih dari 50 atlet.
T: Lantas bagaimana posisi Anda sebagai Ketua Komisi Atlet?
J: Saya sudah merancang kegiatan-kegiatan khusus untuk Olimpiade. Sementara fokus ke sana dulu. Sebab, waktunya sudah sangat pendek.
T: Seperti apa kegiatan-kegiatan itu?
J: Saya harus membuat atlet sebagai tokoh utama di sini. Tapi, tentunya mereka tidak bisa bekerja sendirian. Saya ingin mereka bisa benar-benar bisa fokus berlatih, kamilah dan para pengurus PB yang bertanggung jawab agar latihan mereka lancar, Kami mengacu kepada Komisi Atlet IOC.
T: Bagaimana Anda menempatkan atlet itu sebagai tokoh utama itu tadi?
J: Merekalah selebrity-nya. Saya akan mengenalkan atlet-atlet yang akan ke Olimpiade ini kepada masyarakat. Misalanya, nanti saya bikin meet and greet dengan masyarakat. Atau kami buat lomba foto atlet latihan, tapi yang jepret masyarakat juga. Saya akan ajak kersama temapt-tempat keramaian untuk lokasinya.
T: Apakah ada manfaat langsung kepada atlet?
J: Tentu saja. Atlet terbiasa menghadapi publik, menghadapi masyarakat. Di situlah tempat atlet meminta dukungan kepada masyarakat. Pertama mereka dikenal publik, maka saat bertanding nanti masyarakat di sini akan ikut merasakan atau setidaknya ingin tahu hasil yang tanding di sana.
T: Aksi itu akan dilanjutkan sampai Asian Games 2018?
J: Tentu saja, karena sebenarnya gongnya di sana. Tidak mengecilkan arti Olimpiade, tapi Asian Games kali ini berbeda, kita menjadi tuan rumah. Makanya saya bilang tadi, ini momen yang tepat untuk menjadikan atlet sebagai tokoh utamanya. Kita bikin Indonesia demam Asian Games. Demam olahraga.
T: Apakah sudah memperkirakan kesulitan-kesulitannya?
J: Sudah. Saya sudah godok dengan tim saya. Saya rencanakan pertengahan Desember atau Januari bisa berjalan. Pendanaan tetap jadi kebutuhan yang utama. Saya akan mencoba mencari sponsor.
T: Mengingat semua tugas itu, menuurut Anda lebih sulit mana menjadi atlet atau pengurus?
J: He he he itu tergantung sudut pandang. Sebagai atlet semuanya sudah diurusi. sebagai pengurus sejatinya saya tinggal menerapkan saja apa yang sudah saya alami ditambah dari sana-sini. Jangan sampai apa yang jadi problem semasa saya jadi atlet terulang lagi setelah saya mengurusi atlet.
(fem/a2s)