Modern di Masa Soekarno, Kolam Renang GBK Ketinggalan Zaman di Era Jokowi

Siapkah Indonesia Menggelar Asian Games?

Modern di Masa Soekarno, Kolam Renang GBK Ketinggalan Zaman di Era Jokowi

Femi Diah - Sport
Jumat, 04 Des 2015 19:15 WIB
Lucas Aditya/detikSport
Jakarta -

Kolam renang di komplek Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta akan kembali menjadi tempat gelaran Asian Games. Kala diresmikan Presiden Soekarno di tahun 1962, kolam itu menjadi salah satu yang modern di masa itu, tapi kini sudah ketinggalan zaman.

Kolam renang GBK menjadi salah satu bangunan utama pada Asian Games 1962 bersama-sama Stadion Utama, Stadion Tennis Indoor, dan Istana Olahraga, dan Atletik.

Kolam itu sempat dirombak besar-besaran dengan penambahan kolam di tahun 1982. Majalah renang mencatat kala itu, kolam renang GBK akan menjadi tuan rumah Kejuaraan Asia. Komplek kolam renang itu berkembang menjadi tiga kolam dan satu kolam renang indah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kolam yang bersisian dengan Istora itu pernah menjadi tempat penggembelengan perenang-perenang terbaik nasional yang tergabung dalam pelatnas. Dari sana muncullah perenang-perenang top tanah air.

Tapi, beberapa tahun belakangan ini kolam renang Senayan tak lagi menjadi pilihan. Alasan pertama memang kolam itu sudah terlalu padat oleh klub-klub renang yang ada di Jakarta. Tapi, rupanya kolam renang di tempat lain dinilai lebih representatif untuk menggelar latihan.

Dari standar federasi olahraga akuatik dunia, kolam renang Senayan memang sudah terlalu uzur. Tak ada masalah untuk kedalaman tapi line kurang dua.

Kolam loncat indah lebih mengenaskan lagi. "Kolam ini sudah berusia 52 tahun dan belum pernah ada renovasi untuk menaranya lho," kata Harli Ramayani, pelatih pelatnas loncat indah.

"Pernah ada renovasi, kali renovasi pada tangga. Tapi, kondisinya kini juga sudah copot-copot. Ketinggian papan juga tak komplet," kata Harli. Semestinya ada papan dengan ketinggian 1 meter, 3 meter, 5 meter, 7,5 meter dan 10 meter. Tapi kolam renang GBK hanya mempunyai tiga varian, 5 meter, 7,5 meter, dan 10 meter.

Bahkan, saat ini kolam rennag BK tak layak untuk menyambut gelaran selevel kejuaraan nasional. Sebab, fasilitas untuk latihan kering tidak ada.

Kolam renang itu makin terlihat bopengnya jika melongok soal keamanan atlet. Menara yang tersedia sudah terlalu tua dan dari materinya sudah terlalu berbahaya.

"Saya itu selalu berdoa kencang kalau ada atlet yang mau loncat. Sebab, aduh, berbahaya sekali sebenarnya. Saya bersyukur anak-anak ini tetap mau berlatih," kata istri mantan pesepakbola nasional, Ricky Yakobi, itu.

Harli pun menyimpan keinginan agar kolam direnovasi sesuai standar FINA. "Jangan sampai salah merenovasi. Pihak GBK harus berkonsultasi dengan serius ke FINA, ada FINA Rules yang harus dianut untuk merenovasi," kata Harli.

"Kita contoh saja Singapura, kolamnya sederhana tapi semuanya fungsional dan praktis," jelas dia.

Selain itu, tentunya ada tuntutan untuk membangun kolam polo air dan atap kolam sehingga menjadi kolam renang indoor. Dengan batas waktu sampai pertengahan 2017, pengelola GBK hingga menyisakan waktu 1,5 tahun untuk berbenah.

Pengelolaan GBK ada di bawah Sekretaris Negara. Rencananya kolam itu akan direnovasi mulai Januari nanti.

"Sudah ada pemberitahuan kepada penyewa, termasuk kami, kalau mulai Januari nanti ada renovasi. Tidak masalah, kami dan pihak pengelola memang membuat perjanjian per tahun," kata John E, Sidjabat, kata CEO Global Dive, yang menyewa ruangan di area kolam renang itu.

Dengan batas waktu pertengahan 2017, pengelola GBK hanya mempunyai waktu 1,5 tahun untuk merombak kolam renang itu. Tentunya seperti yang diimpikan Harli dan masyarakat Indonesia: perombakan sesuai dengan peraturan FINA.

Jadi Pak Presiden Jokowi, tolong jangan biarkan kolam renang yang dulu modern kini ketinggalan zaman!

(fem/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads