Satlak Prima sejatinya sudah memiliki delapan pelatih fisik dan strength and conditioning. Secara kepelatihan mereka sudah terakreditasi, namun masih dianggap kurang jam terbang. Untuk itulah Satlak Prima mencoba menggandeng konsultan asing dari Australia untuk melengkapi High Perfomance Programme yang diterapkan di Satlak Prima.
"Saya menilai kenapa prestasi kita mandek karena akses kita terhadap modernisasi kepelatihan itu tidak ada atau lambat. Negara-negara lain semua sudah memanfaatkan semua keuntungan-keuntungan dari sport science, dan dari kepelatihan modern," ujar ketua Satlak Prima, Achmad Sutjipto, di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nantinya, pelatih asing itu tidak akan bekerja sendirian. Konsultan asing yang disebut-sebut bernama Stephen P Bird ini akan membawa tiga pelatih fisik lainnya selama bertugas di Indonesia. Saat ini proses kelengkapan administrasi masih di Bidang Hukum Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
"Belum bisa di-publish nama-namanya karena kontraknya belum ditandatangani. Makanya belum disebut, sekarang masih proses di Kemenpora," kata Pak Tjip, begitu Achmad Soetjipto biasa disapa.
Ia juga memastikan proses tak akan lama. Minimal pekan pertama Februari, cabang-cabang proyeksi Olimpiade bisa menggunakan jasa mereka.
Nantinya, pelatih-pelatih ini tidak hanya dikhususkan untuk Olimpiade, tapi berkelanjutan untuk persiapan SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.
"Tentu dalam perjalanan harus ada peningkatan kualitas, optimalisasi, dan monitoring. Artinya, harus dilihat kembali sejauh mana ini akan berdampak pada atlet. Tapi untuk sekarang memang khusus Olimpiade dulu, karena event yang ada di depan mata kan itu."
Menyoal anggaran, masing-masing pelatih akan diganjar bayaran sebesar Rp 60 juta per bulan. "Sebenarnya (jumlah) itu tidak cukup. Coba bayangkan pelatih-pelatih asing sepakbola harganya berapa. Makanya ini saya masih menawar lagi. Mungkin bisa dengan harga itu tapi ya plus-plus," pungkasnya.
Pemerintah menargetkan Satlak Prima untuk bisa meloloskan lebih banyak atlet ke Olimpiade, dibanding tahun 2012 di London, yang hanya berjumlah 22 atlet. Olimpiade tahun ini pun diharapkan Indonesia bisa mempersembahkan dua medali emas. Dari 12 cabang yang diproyeksikan, tersisa sembilan cabang yang masih berpeluang.
Cabang itu adalah taekwondo, judo, atletik, angkat besi, voli pantai, bulutangkis, renang, rowing, dan panahan. Sementara tiga lainnya, kano, equestrian, dan balap sepeda, sudah dipastikan tak lagi berpeluang lolos.
(mcy/a2s)











































