Ketika CdM Olimpiade Buka-bukaan di Markas Detikcom

Ketika CdM Olimpiade Buka-bukaan di Markas Detikcom

Femi Diah - Sport
Jumat, 05 Feb 2016 10:40 WIB
Ketika CdM Olimpiade Buka-bukaan di Markas Detikcom
Reno Hastukrisnapati Widarto/detikSport
Jakarta -

Raja Sapta Oktohari buka-bukaan soal persiapan (kontingen) Indonesia menuju Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Dari rumitnya birokrasi sampai ajakan berdonasi dalam suasana santai di markas Detikcom.

Okto--sapaan karib Raja Sapta Oktohari--akhirnya memenuhi janjinya untuk mendatangi markas Detikcom. Kali ini bukan terkait duel Daud Yordan dan Yoshitaka Kato pada tinju kelas ringan versi WBO Asia-Pasifik di Balai Sarbini, Jakarta, Jumat (5/2/2016). Okto datang sebagai Chef de Mission Olimpiade untuk kontingen Indonesia ke Rio de Janeiro Agustus ini.

Awalnya Okto berniat untuk menyambangi kantor Detikcom pada Rabu (3/2/2016) tapi rupanya penerbangan dia dari Bali ke Jakarta delay. Dia memastikan untuk memundurkan pertemuan satu hari kemudian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua pesawat cancel, jadi saya minta agar pesawat dibatalkan. Ternyata rumah saya dekat dengan kantor ini, tahu begitu 'kan mampir saja dari bandara," kata Okto setibanya di kantor Detikcom pada Kamis (5/2/2016) pukul 14.00 WIB. Bersama lima stafnya, Okto masuk ke ruangan redaksi.

Andi Sururi, redaktur pelaksana detiksport, membuka pertemuan itu dengan salam dan perkenalan dengan candaan. Klop. Okto juga menyambut dengan gaya khas anak muda. Cair.

Tak buang-buang waktu, Okto kemudian mengungkapkan proses penunjukkan dirinya sebagai CdM Olimpiade. Begini ceritanya:

Suara telepon dari Jakarta di akhir November tahun lalu cukup mengejutkan Raja. Dari Menteri Pemuda Olahraga Imam Nahrawi kemudian disusul Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia, Erick Thohir.

Imam dan Erick meminta Raja menjdi Chef de Mission Indonesia ke Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. "Saya langsung jawab: iya," kata Raja.

Padahal kala itu dia sedang berada di Kotabaru, Kalimantan Barat. Okto tengah bertandang ke kediaman pentinju WBO Daud Yordan. Sejumlah agenda lain di Kalbar sudah menunggunya.

"Ternyata setelah permintana itu ada sambungannya. Saya harus hadir di Hotel Fairmont di Jakarta keesokan harinya. Rumitlah pokoknya situasi saat itu.

"Tapi saya lihat ini sebuah tantangan besar. Saya tahu bagaimana rumitnya bokrasi nantinya juga bagaimana olahraga belum menjadi industri. Siap tekorlah pokoknya, he he he," tutur pengusaha kelahiran Jakarta, 11 Oktober 1975 itu.

Okto memang bukan sosok baru di olahraga. Selain lama menjadi promotor tinju dia juga ketua PB ISSI. Saat dia terpilih sebagai PB ISSI situasi di induk cabang olahraga Sport Sepeda itu juga tak harmonis ada dua kepengurusan.

Bagi dia persoalan itu tak dijadikan sandungan. Justru, dia tertantang untuk memperbaiki keadaan PB ISSI.

"Kami ingin Olimpiade ini semangatnya bisa sampai kepada masyarakat. Saya ingin memanfaatkan momentum saya sebagai CdM ini. Sebenarnya fungsi CdM apa sih? CdM hanya menjadi pelayan saat atlet bertanding di Olimpiade. Tapi sayang kan kalau hanya seperti itu. Kami ingin menggunakan momentum ini untuk membawa perubahan," kata Okto.

"Kami ingin gunakan Olimpiade untuk menghidupkan semangat Olimpian untuk menjadi obat penyakit-penyakit mental. Kalau Pak Jokowi mempunyai revolusi mental, kami berpendapat kalau mental kami lagi sakit. Semestinya dengan virus-virus Olimpian ini bisa disebarkan kepada masyarakat, bukan virus Zika lho. Waktunya pas. Setelah Olimpaide nanti ada SEA Games, kemudian ada Asian Games dan kita menjadi tuan rumah," tutur dia.

Makanya, Okto juga merangsang para atlet untuk lolos ke Olimpaide lebih dulu. Soal medali nantu dulu. Okto menjanjikan Rp 100 juta kepada para peraih tiket Olimpiade.

Selain itu Okto membeberkan detail terobosan dalam menyiapkan kontingen Indonesia ke Olimpiade tahun ini. Dia merencanakan banyak cara untuk melibatkan masyarakat mendukung atlet Indonesia ke Olimpiade.

"Sekarang jangankan donasi, orang tepuk tangan saja sulit. Awareness kita terhadap sportivitas dan mental positif itu sangat rendah. Kami sepakat untuk tidak hanya jadi pelayannya para atlet tapi memaksimalkan fungsi atlet itu sendiri," tutur Okto.

"Kami datang dari latar belakang yang berbeda. Dengan bergabung di sini kami sudah mengorbankan semuanya. Apalagi di sana sebulan kami akan berfokus mengurusi atlet. Buat saya itu akan mahal sekali, sebab buat saya yang mahal adalah waktu. Kenapa kami mau? Karena kami percaya kita bisa emas. Kami punya peluang," ucap dia.

Baca juga: Okto Kampanyekan #Indonesiabisaemas

Meski begitu Okto tak melulu mendapatkan dukungan dari publik. Dia juga mendapatkan kritik lewat twitter dan facebook-nya. Dia sih mengatakan kalau sempat emosi, tapi bagaimana komentar yang menghantamnya dengan menyebut-nyebut ada anggaran negara yang 'dimakannnya'.

"Lho saya kerja di sini pakai duit-duit saya. Bahkan selama ini saya bikin acara lebih sering undang orang untuk datang, menyediakan makanan, dan lain-lain lho, he he he," ucap dia.

Setelah sekitar dua jam berdiskusi santai-serius-santi-serius dengan awak redaksi, Okto berpamitan. Sekali lagi dia berharap agar masyarakat Indonesia untuk mendukung atlet Indonesia.

"Yang lebih menarik itu melibatkan lebih banyak masyarakat Indonesia. Kalau orang sampai rela sampai ikhlas berdonasi atau melakukan apa saja, berdoa saja. Itu sudah bagus, 'kan," ucap dia.



(fem/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads