Imam mengaku sangat ingin melanjutkan proses pembangunan P3ON di Hambalang yang sudah mangkrak sejak 2011 silam. Alasan itu dia lontarkan setelah melihat kondisi bangunan-bangunan yang tidak diteruskan dan kini mulai usang.
Namun begitu, Imam belum tahu konsep kedepan proyek di Hambalang tersebut akan seperti apa, apakah dijadikan pusat pelatihan dan pendidikan atau bahkan pelatnas bagi atlet-atlet. Untuk itu, Imam bakal melibatkan masyarakat memberikan ide dan gagasan serta konsepnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum merealisiasikan rencana-rencana tersebut, Imam akan lebih dulu melaporkan kepada Presiden RI Joko Widodo. Pria asal Bangkalan, Jawa Timur, itu berharap secepatnya bisa memulai proses pekerjaan itu dalam waktu dekat.
"Targetnya? Secepatnya saya siapkan, soal ahli anggaran konstruksi dll. Ada beberapa bangunan yang sudah di atas 40 persen, akan dilanjutkan pembangunannya. Yang belum 40 persen, kalau layak atau tidak mungkin, bisa dibuat lebih kokoh biar tidak ada kekhawatiran,''
"Jadi, semua serba mungkin, saya sayembarakan. Agar sesuai harapan masyarakat. Misalnya, salah satu gedung untuk atlet difabel. Mungkin tidak? Kontruski ini untuk atlet difabel. Ini butuh kajian. Saya berharap semua kajian selesai cepat agar bisa dimasukkan ke APBN P anggarannya."
"Bagunan-bangunan ini sebenarnya tinggal dilanjutkan, tapi tetap harus dihitung ulang, dievaluasi, karena empat tahun diam, tingkat keausan, perubahan bangunan, konstruksi, harus dilihat," terangnya.
Soal masalah hukum, Imam mengaku tak khawatir. Sebab menurutnya kasus korupsi yang melibatkan beberapa pihak telah selesai.
"Tidak ada pihak yang melarang untuk dilanjutkan (proses pembangunan P3ON), KPK juga sudah memberikan lampu hijau," kata dia.
Sejak pembangunannya dihentikan pada 2011 lalu, kondisi bangunan-bangunan yang hampir jadi telah berubah menjadi bangunan usang dan kusam. Tingginya rerumputan dan ilalang-ilalang juga telah menghalangi bangunan-bangunan kokoh tersebut.
Hanya terlihat sebuah mesjid yang berdiri di antara tengah-tengah bangunan-bangunan kosong yang tampak 'hidup' di tanah seluas 32 hektar tersebut.
(ads/din)