Jika Anda berjiwa petualang -- ataupun tidak --, Anda harus membawa sepeda Anda dan bergowes di sebuah "kepingan surga" bernama Pulau Samosir.
Hari kedua Toba Audax 2016 memang mengambil rute penuh di Pulau Samosir, setelah para peserta memulai event dari Berastagi, Kabupaten Karo, di hari sebelumnya (5/5). Jarak yang ditempuh untuk mengelilingi pulau besar di tengah Danau Toba ini adalah 142 kilometer, dengan total tanjakan 1.472 meter.
Baca juga: Gowes Puluhan Km dari Karo ke Samosir
Galeri Foto (1): Sensasi Toba Audax Hari Pertama
Start dimulai dari Desa Tuktuk, pada pukul 07.00 WIB, dilepas langsung oleh bupati Samosir, Mangindar Simbolon. Kapolres Samosir, Eko Suprihanto, pagi itu harus berganti kostum dengan mengenakan pakaian dinas, karena ada tugas lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di pagi yang masih dingin itu, 80 peserta Toba Audax memulai pergowesannya langsung dengan rute menanjak ke arah tenggara, menaiki bukit-bukit hijau hijau berhutan pinus yang berkelok-kelok. Sungguh awal yang menantang sekaligus menggairahkan.
Selama hampir tiga jam peserta mengayuh sepedanya di perbukitan, melewati pedesaan dan rumah-rumah kayu nan sederhana, "menyapa" kerbau, babi, maupun anjing kampung yang memang terlihat di mana-mana, di kandangnya, di teras rumah, maupun di pinggir-pinggir jalan.


Dengan sensasi seperti itu, fokus para peserta seperti terbagi dua: pada sepeda tunggangannya sekaligus pesona alam yang menakjubkan, terutama pemandangan danau dan Bukit Barisan nun jauh di bawah dan seberang sana. Anda yang melintasi jalur ini mungkin ingin berhenti sejenak setiap 300 meter dan berfoto, karena sejengkal pun landscape secantik ini terlalu sayang untuk dilewatkan.
Selepas jam 10 para penggowes mulai memasuki trek yang landai, sejajar dengan pantai (danau). Di Desa Pakpahan, dua peserta mengalami pecah ban karena jalannya memang terbilang jelek.
Tepat jam 11, pergowesan sampai di Desa Urat, Kecamatan Palipi. Rupanya pemerintah setempat sedang menggelar keramainan di komplek Tugu Toga Sinaga. Selama dua hari mereka menghajat pesta budaya dan wisata bertajuk Festival Gondang Naposo.
Di tempat ini para peserta Toba Audax mendapat sambutan khusus. Masing-masing dari mereka disematkan kain ulos oleh panitia.

"Welcome to Samosir: Wonderful Land, a Piece of Paradise -- Selamat Datang di Samosir: Negeri Indah Kepingan Surga”. Demikian slogan yang diusung oleh Dinas Pariwisata Seni Budaya (Parsenibud) pemerintah Kabupaten Samosir. [Kunjungi visitsamosir.com]
"Kabarkanlah kepada kawan-kawan Anda, ada kepingan surga di Samosir ini. Datanglah dan nikmati alam, sejarah, dan budaya kami," ucap Kepala Dinas Parsenibud Samosir, Ombang Siboro, di sela-sela festival.
Sambil beristirahat, para peserta Toba Audax disuguhi aneka pentas adat Batak yang meriah. Mereka bahkan "diarak" untuk menari bersama bupati dan sejumlah pejabat lain.
"Saya surprise dan senang sekali bisa menyaksikan festival budaya ini. Tidak cuma gowes, tapi juga sambil berwisata budaya. Saya betul-betul suka," tutur peserta dari Brunei Darussalam, Rosli Tajudin.
Dikatakan penggagas Toba Audax, Hendra Sammy, pemerintah Kabupaten Samosir memang sangat mendukung event sepeda tersebut, karena menghadirkan peserta dari berbagai daerah bahkan negara.
"Kalau tidak ada Toba Audax mungkin jalan-jalan di Samosir belum sebagus sekarang. Dan semoga Audax ini bisa mendorong teman-teman gowes dari Indonesia dan mancanegara untuk datang ke sini, karena rute, panorama, dan udaranya bagus," ujar Hendra.

***
Satu setengah jam peserta Toba Audax singgah di Festival Gondang Naposo. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan. Kapolres Eko Suprihanto juga memenuhi janjinya, kembali mengenakan jersey bersepeda dan ikut menggowes lagi.
Pemberhentian berikutnya adalah di kawasan Pantai Pasir Putih di Situngkir. Sambil berteduh di bawah pohon, di hamparan tikar, para peserta bersantap siang dengan menu ikan air tawar "produksi" Danau Toba. Satu lagi sensasi dari Toba Audax.

Dari sana pergowesan dilanjutkan dengan sambil menyusuri pantai dengan latar persawahan yang menghijau dan menguning, serta desa-desa dengan rumah panggung kayu beratap melengkung, dengan makam-makam kecil bersalib di sekitarnya, yang memang merupakan adat masyarakat Batak.
"Buat saya ini rute yang paling menantang. Banyak tanjakan, tapi tidak panjang. Kami masih bisa gowes dengan cukup kencang," ucap Azlan Ismail, peserta asal Malaysia yang sudah tujuh tahun bekerja di Jakarta.
Persis jam 4 sore pergowesan mengelilingi Samosir berakhir kembali di Toledo Inn, Desa Tuktuk. Esoknya para peserta akan mengarungi rute "surga" sekaligus "neraka" buat para pengowes. Bukit Barisan di Tele, yang berketinggian 1.574 meter di atas permukaan laut.

[Galeri Foto Toba Audax Hari Kedua, lihat di sini]
(a2s/fem)