Dalam pertandingan yang digelar di Istora Gelora Bung Karno Senayan, Minggu (15/5/2016), Samator berhasil membungkam lawannya tanpa kendala yang berarti.
Pelatih Surabaya Samator, Ibarsyah Djanu Tjahyono, mengatakan tak cuma mendongkrak persiapan teknik menjelang final tapi juga mental serta kesiapan pemain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain itu juga soal mental. Menurut saya teknik bagus tapi mental tidak bagus juga tak akan jadi juara. Makanya, saat bertanding tadi hal-hal itu yang kami kasih tahu ke anak-anak. Alhamdullilah semua berjalan sesuai rencana," lanjutnya.
Pada perebutan gelar individu terbaik, Samator memborong gelar pelatih terbaik dan pemain terbaik (Rivan Nurmulki).
Menurut Irbasyah, Rivan sudah memang layak menerima apresiasi itu. Justru Rivan yang mengaku belum pantas karena masih banyak yang senior dan berpengalaman dari dirinya.
"Kalau dari saya Rivan ini perkembangan sangat signifikan karena setiap pertandingan dia memberikan hal yang bagus. Walau tadi dia (Rivan) bilang kalau dia merasa tidak pantas," ucap Ibarsyah.
"Ya, ini menjadi tantangan saya juga sebagai pelatih untuk bisa membentuk dia sebagai pemain yang lebih matang, hebat dan dewasa. Istilahnya seperti padi, semakin tinggi dan berisi, tapi tetap merunduk," ujarnya.
Sementara itu, pelatih Jakarta BNI Taplus, Edwardo De Paolo, mengaku kecewa dengan hasil hari itu.
"Saya kecewa tapi bahagia juga karena tim kami bisa masuk final. Apa yang terjadi hari ini, kalah sampai 0-3 memang karena final ini bukan hal yang mudah buat kami. Kami sudah buat sebaik mungkin tapi ini menjadi pelajaran buat kami ke depannya seperti apa, dan hari ini memang bukan hari terbaik buat kami," kata Edwardo.
(mcy/fem)