Tentang IQ 78, Debut Lawan Polisi, dan Fakta-Fakta Lain Muhammad Ali

Tentang IQ 78, Debut Lawan Polisi, dan Fakta-Fakta Lain Muhammad Ali

Kris Fathoni W - Sport
Sabtu, 04 Jun 2016 14:29 WIB
Foto: Action Images / MSI/File Photo
Jakarta - Mendiang Muhammad Ali, yang terlahir dengan nama Cassius Clay, punya perjalanan hidup menarik. Ini beberapa fakta di antaranya.

Legenda dunia tinju tersebut baru saja menghembuskan napas terakhirnya di usia 74 tahun, meninggalkan duka untuk orang-orang di sekelilingnya dan juga mereka yang pernah terinspirasi olehnya.

Sosoknya yang penuh warna itu membuat Ali, yang pernah menjuluki dirinya "The Greatest" alias "Yang Terhebat", bukan cuma berkibar di dunia tinju melainkan juga di luar ring. Ia adalah seorang atlet berstatus selebritas yang juga merupakan aktivis hak-hak sipil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maka tak heran kalau Ali, yang dalam debut profesionalnya di atas ring harus berhadapan dengan petinju yang juga berprofesi sebagai opsir polisi, juga jadi seperti sosok negarawan akibat interaksinya dengan sejumlah pemimpin dunia.

Berikut delapan fakta mengenai Muhammad Ali seperti dirangkum dari Reuters.

* Ali memiliki kepribadian penuh warna, gerak kaki lincah, dan kecepatan tangan menawan yang kombinasinya membuat Ali menjadi kampiun yang belum pernah ada di tinju. Rekor tandingnya adalah 56 kemenangan, 37 di antaranya KO, dan lima kali kalah. Ia menyandang titel juara dunia tiga kali--yang saat itu belum pernah terjadi sebelumnya.

* Naik ring dengan nama kelahirannya, Cassius Clay, ia menyabet medali emas kelas berat ringan Olimpiade 1960 di Roma. Dalam otobiografinya tahun 1975, ia mengaku melempar medalinya itu ke danau pada suatu malam setelah sebuah restoran di Louisville menolak untuk melayani dirinya dan akibat ia juga mendapat perlakukan tak enak dari sekelompok orang kulit putih. Tapi dua penulis biografi menyatakan Ali sebenarnya tidak sengaja kehilangan medali tersebut.

* Duel profesional pertamanya adalah sebuah partai enam ronde di tahun 1960, melawan Tunney Hunsaker yang sehari-harinya berpofesi sebagai polisi di Fayetteville, West Virginia. Ali dan Hunsaker kemudian berteman, dan dalam otobiografinya Ali menulis bahwa salah satu pukulan terkeras yang pernah ia dapatkan adalah dari Hunsaker.

* Setelah Malcolm X membantu Ali menjadi anggota Nation of Islam, ia mengganti nama lahirnya dan memilih nama Cassius X. Malcolm X kemudian berpisah dengan organisasi itu akibat ketidaksepahaman, tapi si petinju tetap bertahan dan mengubah namanya jadi Muhammad Ali. Pimpinan Nation of Islam Elijah Muhammad menyebut itulah "nama sejatinya".

* Ali menolak masuk wajib militer AS pada 1967. Ia dijatuhi hukuman penjara lima tahun, kehilangan titel, dan tak bisa naik ring dalam usia prima. Ia tak pernah benar-benar masuk jeruji besi karena kasusnya saat itu menjalani proses banding sampai akhirnya Mahkamah Agung AS mencabut vonis hukumannya tersebut.

* Pada 1984 Ali didiagnosis mengidap Parkinson yang juga terkait dengan kariernya. Hal itu membuat gerakan tubuhnya melambat, gemetar, dan tidak bisa berbicara dengan suara keras-keras. Namun, pihak-pihak yang dekat dengannya menyebut Ali tidak pernah kehilangan rasa humor atau semangatnya dalam berkeyakinan.

* Ali pernah bertatap muka dengan para pemimpin dunia seperti Ratu Elizabeth, Nelson Mandela, Sri Paus Yohanes Paulus II, Fidel Castro, dan Saddam Hussein. Ia juga mendapat Presidential Medal of Freedom pada 2005 dari Presiden AS George W. Bush.

* Pada suatu ketika Militer AS mengukur IQ Ali yang disebut cuma 78. Dalam otobiografinya, Ali berkomentar dengan gaya khasnya. "Aku cuma pernah bilang kalau diriku adalah yang terhebat, bukan yang terpintar."


(krs/rin)

Hide Ads