Foreman, yang merupakan lawan Ali dalam duel akbar 'Rumble in the Jungle', menyebut bahwa Ali bukanlah atlet biasa. Dalam wawancaranya dengan BBC Radio 4, Foreman mengatakan bahwa Ali telah mendobrak batas-batas dan mengubah pandangan banyak orang terhadap orang-orang kulit hitam.
"Banyak orang kulit hitam percaya bahwa mereka tidak cantik, yang kulit putihlah yang cantik. Tapi, Ali membuat mereka mengubah pemikiran itu," ujar Foreman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia jauh lebih indah dari pembicaraan soal warna kulit," kata Foreman.
Ali meninggal dunia pada 3 Juni 2016 waktu setempat setelah sempat dilarikan ke rumah sakit di Phoenix, Arizona. Ali meninggal dunia pada usia 74 tahun.
Dalam 32 tahun terakhir, ia berjuang melawan penyakit parkinson yang diidapnya. Ini juga membuatnya jarang tampil ke publik dalam beberapa tahun belakangan.
Pertarungan antara Ali dan Foreman yang bertajuk 'Rumble in the Jungle' itu digelar di Kinshasa, Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo), pada 30 Oktober 1974.
Malam itu, Ali menang atas Foreman. Beberapa pengamat menyebut, pada pertarungan tersebut, Ali menunjukkan bahwa ia tidak hanya kuat, tetapi juga cukup cerdas untuk mengatur strategi.
Ali membiarkan Foreman mendominasi nyaris sepanjang pertarungan; ia hanya bertahan menggunakan taktik 'rope-a-dope' --di mana ia berpura-pura terperangkap di dekat tali ring, membiarkan lawan melepaskan pukulan tak efektif-- sembari menunggu Foreman kehabisan energi.
Ketika Foreman kehabisan energi, barulah Ali balik melawan. Hasilnya, ia merobohkan Foreman pada ronde kedelapan.
(roz/mfi)