Perenang Indonesia Sulit Tembus Limit Olimpiade, Ini Kata Richard Sam Bera

Perenang Indonesia Sulit Tembus Limit Olimpiade, Ini Kata Richard Sam Bera

Mercy Raya - Sport
Kamis, 21 Jul 2016 19:30 WIB
Foto: ist.
Jakarta - Perenang Indonesia lolos Olimpiade 2016 Rio de Janeiro dengan wild card. Situasi itu membuat mantan perenang nasional Richard Sam Bera gemas tak kepalang.

Para perenang Indonesia seolah ketagihan lolos Olimpiade dengan jalur wild card. Untuk kesekian kalinya perenang Indonesia tidak mampu menembus pesta olahraga paling akbar sejagad, Olimpiade, dengan jalur kualifikasi limit A.

Kali ini, tiga perenang yang sudah menembus limit B, I Gede Siman Sudartawa, Traidy Fauzy Siddiq, dan Glenn Victor, gagal menggenggam tiket Olimpiade lewat kualifikasi. Itu setelah mereka gagal memenuhi syarat minimal cacatan waktu di kualifikasi terakhir, Prancis Terbuka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Richard yang pernah tampil di Olimpiade 1888 Seoul, 1996 Atalanta, dan Sydney gemas dengan situasi itu. Semestinya dengan sudah berulang kali bisa tampil di Olimpiade, meski lewat jalur wild card, PRSI bisa menyiapkan para perenangnya dengan cara yang lebih sip dari tahun ke tahun. Bukannya jalan di tempat.

Jangankan bersaing dengan Amerika Serikat, Indonesia sudah ketinggalan jauh dari Singapura. Kualitas pelatih dan minimnya uji coba ditengarai sebagai penyebab.

"Saya sih maunya tidak seperti itu (menggunakan wild card). Maunya kita sudah bicara mengenai siapa yang bisa capai final di Olimpiade, bahkan siapa yang meraih medali seperti halnya Singapura lakukan sekarang. Joseph Isaac Schooling (perenang Singapura) diprediksi raih medali. Kami ingin maunya ke sana," ungkap Richard, Kamis (21/7/2016).

"Cuma kembali lagi, kemampuan dana yang kita hadapi dengan dana sedemikian harus dibagi-bagi. Sayangnya, apapun itu ujung-ujungnya pasti membutuhkan dana," ucap dia.

Malah, menurut Richard, pendanaan untuk olahraga saat ini makin minim ketimbang di masa dia menjadi atlet. Kala itu, banyak pihak BUMN dan swasta yang membantu dalam hal pendanaan.

"Kalau zaman saya dulu, kami banyak menggandeng BUMN, swasta. Dulu Pertamina juga sangat membantu. Tapi sekarang kan sudah ada UU yang membatasi bantuan itu," ucap Richard.

"Satlak sendiri juga menyerah karena dananya juga dipotong terus. Tapi kami juga tidak diam, saya sering komunikasi dengan Komisi X DPR RI, khususnya Yayuk Basuki agar dana kita bisa keluar dari dana sosial. Anggaran olahraga kita kan sekarang belum yang utama," ujar dia.

Walau begitu, ia tetap berharap di Olimpiade 2020, ada perubahan yang signifikan untuk pola pembinaan atlet renang nanti. Ia juga berharap program yang dilakoni atlet ke depannya tidak terpotong-potong tapi harus berkesinambungan. Sebab, jika itu berjalan bukan tidak mungkin Olimpiade 2020 Tokyo, renang Indonesia bisa tampil tanpa bantuan wild card.

"Ya, mudah-mudahan kita bisa meningkatkan kembali pola pembinaan yang lebih panjang, Sementara mereka dengan dana ini pembinaan jadi sepotong-potong," ucap dia.

Tak hanya itu, ia pun berharap oganisasi renang bisa segera direstrukturisasi agar pembinaan renang bisa berjalan baik. "Ya, buat terobosan baru lah, harus ada perubahan, mungkin kemarin Ketumnya sudah pengusaha nanti bisa lah diambil dari sektor lain," ucap dia.

(mcy/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads