Hal itu disampaikan Ketua Umum PB PABBSI Rosan P. Roeslani lewat pesan singkatnya Rabu (10/8/2016). Pengusaha berusia 47 tahun ini mengatakan apa yang dilakukan Triyatno pada pertandingan tadi sebenarnya sudah maksimal hanya memang lawan yang dihadapi lifternya luar biasa tangguh.
"Kami memang tidak menargetkan Triyatno untuk mendapat medali karena melihat lawan yang semakin tangguh," kata Rosan kepada detikSport.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Triyatno hanya bisa mencatatkan total 317 poin dan berada di posisi ke ke-10 dari 21 lifter yang turun. Dari total 317 poin itu, lifter kelahiran 20 Desember 1987 ini mencatatkan 142 poin pada angkatan kedua Snatch dan 175 poin dari angkatan pertama clean and jerk.
Nasib serupa didapat rekan senegaranya, I Ketut Ariana, yang bahkan tidak mampu meraih poin karena tidak mampu menyelesaikan angkatan Snatch-nya dari tiga kesempatan yang diberikan.
"Kondisi mereka baik sebenarnya. Tidak ada kesalahan strategi sama sekali juga, tetapi kami memang sudah mengamati lawan-lawan dari lama dan memang mereka tangguh. Jadi wajar sekali (Tri dan Ketut) kalah," ungkap Rosan.
PB PABSSI sendiri akan melakukan pengembangan untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain, khususnya mencari regenerasi baru untuk Triyatno dan Eko Yuli. Untuk diketahui selama keikutsertaan keduanya di Olimpiade, Triyatno dan Eko selalu menjadi andalan.
Dua lifter ini juga yang mampu mempersembahkan medali tatkala Indonesia gagal meneruskan tradisi emas di Olimpiade London empat tahun lalu. Triyatno mempersembahkan medali perak kelas 69 kg dan Eko Yuli persembahkan medali perunggu di kelas 62 kg. Di Olimpiade tahun ini Eko berhasil memperbaiki perolehan medalinya menjadi perak di kelas yang sama.
"Kami akan terus mencari bibit baru dan melakukan kaderisasi secara masif, dan ini akan kami lihat hasilnya secara berkepanjangan," pungkasnya. (mcy/din)