Toni saat ini tengah menempa diri di sirkuit Chula Vista, San Diego, Amerika Serikat. Selama di sana, dirinya sudah mendapat empat kali kesempatan menjajal trek yang memiliki ketinggian start 8 meter tersebut.
"Lumayan sudah ada perkembangan. Saya sudah mulai merasa nyaman dengan lintasan yang starting hill-nya 8 meter," kata Toni kepada detikSport.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau soal kematangan teknik sebenarnya saya sebagai seorang atlet merasanya masih kurang terus. Karena memang tidak ada puasnya. Jadi sebenarnya jalani saja dengan latihan sebaik mungkin supaya dapat hasil maksimal nanti," ungkap Toni.
Di Olimpiade kali ini Toni memang tidak dipatok harus dapat medali. Ia hanya perlu mempertajam catatan waktunya sebagai senjata menuju Asian Games 2018.
"Kami bangga bisa meloloskan Toni Syarifuddin ke Olimpiade Rio de Jeneiro 2016. Tapi, kita tidak bisa menyamakannya dengan atlet angkat besi dan bulutangkis yang diharapkan meraih medali," kata Direktur Performa Tinggi Lomba 3 Satlak Prima, Denny Gumulya, terpisah.
Toni di Olimpiade, kata Denny, hanya untuk menambah jam terbang sekaligus melihat peta kekuatan atlet bmx dari Asia Tenggara dan Asia. "Jadi, kami bisa melihat peluang medali pada saat tampil di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018," kata mantan Ketua Bidang Pembinaan PB ISSI.
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Umum PB ISSI, Raja Sapta Oktohari. "Kita semua berusaha yang terbaik. Toni sudah memberi harapan baru untuk dunia balap sepeda Indonesia. Program regenerasi sudah ada dan akan segera dijalankan baik untuk atlet pelatih, dan pengurus." (mcy/din)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 