Rutin Sumbang Medali, Angkat Besi Butuh Perhatian Lebih Besar dari Pemerintah

Rutin Sumbang Medali, Angkat Besi Butuh Perhatian Lebih Besar dari Pemerintah

Mercy Raya - Sport
Senin, 15 Agu 2016 03:32 WIB
Foto: Sri Wahyuni (REUTERS/Stoyan Nenov)
Jakarta - Angkat besi adalah salah satu cabang olahraga yang rutin menyumbangkan medali untuk Indonesia di berbagai event internasional. Cabang ini ke depannya mengharapkan perhatian yang lebih besar dari pemerintah.

Dua medali perak yang sejauh ini didapat Indonesia di Olimpiade Rio 2016 dua-duanya berasal dari cabang angkat besi, masing-masing atas nama Sri Wahyuni Agustiani di kelas 48 kg putri dan Eko Yuli Irawan di kelas 62 kg putra.

Sejak Lisa Rumbewas meraih perak di Olimpiade Sydney 2000, cabang angkat besi tak pernah absen menyumbangkan medali untuk Indonesia di arena Olimpiade. Sejauh ini sudah ada sepuluh medali Olimpiade (lima perak, lima perunggu) yang datang dari cabang ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lifter-lifter Indonesia juga menunjukkan peningkatan jika dibandingkan Olimpiade London 2012. Empat tahun lalu, angkat besi hanya menyumbangkan satu perak (atas nama Triyatno) dan satu perunggu (atas nama Eko Yuli Irawan).

"Puas sih jika melihat hasil kemarin di London seperti apa, tetapi kecewa juga karena sebenarnya kita ada peluang emas. Kenapa tidak kena angkatannya? Terutama di Eko Yuli. Kalau di dua kali angkatan snatch 146 kg tidak gagal, mungkin bisa," kata pelatih nasional angkat besi, Dirdja Wihardja.

Begitu juga soal Sri Wahyuni. Dirdja sebenarnya optimistis lifter-nya itu bisa mengejar di angkatan clean and jerk. Terlebih saat latihan di Cape Town, Afrika Selatan, Sri Wahyuni mampu mengangkat beban 115 kg sebanyak tiga sampai empat set.

"Tapi (mungkin) karena berat badan Sri yang terlalu turun atau memang kurang beruntung jadi belum bisa. Soalnya strateginya sejauh ini sudah sangat benar," ungkap Dirdja.

"Walau begitu saya pikir Sri sudah sangat luar biasa. Apalagi ini debutnya di Olimpiade," katanya.

Ke depannya, Dirdja akan mempersiapkan atletnya dengan lebih baik sebelum tampil di Olimpiade selanjutnya.

"Kami sudah berencana untuk ada training camp ke luar sebagai persiapan menghadapi Kejuaraan Dunia Oktober nanti. Minimal di sana Yuni harus bisa juara, kemarin kan sudah di Kejuraan Dunia yang junior, sekarang levelnya naik untuk senior," kata Dirdja.

Untuk makin mendongkrak prestasi angkat besi, Dirdja juga berharap peran dari pemerintah harus lebih besar lagi. Dia menyoroti soal nutrisi dan tempat latihan terpusat layaknya pelatnas Cipayung untuk bulutangkis.

"Nutrisi dan suplemennya harus lebih di-prepare lagi. Nah, ahli-ahli nutrisi jangan hanya beri workshop saja, tetapi juga turun ke lapangan dalam arti melekat. Selama ini kan tim terapi dan masseur saja yang melekat. Selain itu, kita juga harus punya padepokan. Bulutangkis ada, masa angkat besi yang juga prioritas tapi tidak ada. Harusnya sih ada," kata Dirdja.

"Dokter juga harus dipersiapkan lebih bagus agar atlet lebih sadar. Harapan kami dari Olimpiade London jangan sampai kejadian lagi. Olahraga prioritas harusnya disertai perbaikan yang lebih baik lagi terutama soal padepokan angkat besi harusnya seperti di Cipayung," tuturnya.


(mcy/mfi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads