Indonesia Dapat Emas di Olimpiade, Satlak Prima Klaim Pembinaan Sudah On The Track

Indonesia Dapat Emas di Olimpiade, Satlak Prima Klaim Pembinaan Sudah On The Track

Mercy Raya - Sport
Senin, 22 Agu 2016 11:58 WIB
Foto: Reuters
Jakarta - Keberhasilan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menyambung tradisi emas yang terputus di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, dinilai Satlak Prima sebagai momentum kebangkitan olahraga Indonesia.

Kesuksesan ini juga sebagai pembuktian bahwa Indonesia sudah on the track dalam melakukan pembinaan olahraga.

Hal itu disampaikan Ketua Satlak Prima, Achmad Soetjipto, menyoal evaluasi hasil akhir dari Olimpiade Rio de Janeiro yang telah berlangsung sejak 5 Agustus dan berakhir tadi malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Tjip, demikian Achmad Soetjipto disapa, persiapan Indonesia dalam menghadapi Olimpiade mengalami kemajuan dan jauh lebih bagus dibanding sebelumnya, baik dalam pengelolaan, komunikasi maupun hasil yang dicapai.

Sebagai contoh, pada cabang bulutangkis yang biasanya didominasi China pada Olimpiade London 2012, kali ini Indonesia berhasil mengembalikan tradisi emas lewat penampilan ganda campuran TontowiAhmad/Liliyana Natsir.

"Di Olimpiade London 2012, China menguasai 5 medali emas. Tetapi, di Rio de Janeiro untuk merebut 2 medali emas saja China mengalami kesulitan. Di sini, China bukan mengalami kemunduran tetapi Indonesia yang mengalami kemajuan," ujar Tjip, seperti dalam rilis yang diterima redaksi detikSport.

"Keunggulan itu tidak mudah. Itu suatu destinasi yang demikian sulitnya. Jadi, kita tidak bisa lagi setengah-setengah komitmen dan keterikatan kita harus betul-betul bulat," tegasnya.

Foto: Istimewa

Meski sudah sesuai jalur, hasil yang dicapai kontingen Indonesia sejatinya belum membuat pihaknya puas. Tjip bilang, Indonesia masih harus lebih keras dalam membenahi olahraga sehingga olahraga, bukan lagi sekadar hobi tetapi merupakan arena pertandingan untuk menunjukkan keunggulan suatu bangsa.

"Tentu tidak cukup (hasil 2 emas dan 2 perak). Tadinya, target kami adalah 3 medali emas tapi ada faktor eksternal di luar kendali," ungkapnya.

"Olahraga sudah menjadi angkatan perang yang baru dan Olimpiade itu adalah ajang peperangan tanpa amunisi karena semua sumber daya akan diuji di sana mulai dari jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan keterlibatan teknologi. Dan, kita sudah harus masuk ke sana."

Lebih jauh mantan Ketua PB PODSI ini menjelaskan, investasi pemerintah Indonesia di bidang olahraga prestasi memang masih lebih kecil dibanding negara negara lain seperti Singapura, Thailand, dan China.

"Untuk itu kami berharap ke depannya terjadi peningkatan sehingga prestasi yang diharapkan bisa tercapai," simpulnya.



(mcy/a2s)

Hide Ads