Bagi Ervian, sudah sepantasnya pembinaan olahraga nasional bisa menetapkan standarnya ke Olimpiade. Minimal, mengacu pada nomor-nomor yang dipertandingan di kancah Olimpiade dan ajang internasional lainnya.
"Jangan sampai seperti sekarang, nomor internasionalnya di mainkan tapi di event nasionalnya malah dihilangkan. Intinya itu, bagaimana kita mau mencetak juara di internasional jika nomor cabang olahraga yang disiapkan di dalam negeri tidak sama dengan yang dipertandingkan di internasional. Jika tidak sinkron, bagaimana mau mencetak juara dunia," kata Ervian kepada wartawan Jumat (2/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyaknya transfer atlet daerah jelang PON 2016 Jawa Barat 17-29 September semakin memperjelas sistem pembinaan prestasi atlet di Indonesia masih belum beres. Beberapa daerah hanya ingin menampung atlet yang sudah jadi, bukan membina sejak dini seperti idealnya pembinaan daerah.
Hal ini pun membuat Menpora Imam Nahrawi gemas, karenanya Imam meminta KONI Pusat untuk membuat regulasi yang lebih ketat dan keras agar gelaran PON selanjutnya bisa lebih baik. Sedangkan pemerintah melalui Kemenpora akan memberi payung hukum untuk memperkuatnya, sehingga keluhan semacam itu tidak akan muncul di kemudian hari.
Menyoal itu, Eyi pun mendukung dan menyarankan agar pemerintah bisa lebih spesifik dalam menetapkan peraturan baru nantinya.
"Sekarang ini regenerasi atlet di masing-masing daerah tidak merata. Ada beberapa daerah yang sistem regenerasinya berjalan cepat, tapi ada juga yang lambat, sehingga mau tidak mau atlet yang usianya sudah terbilang tua masih menjadi tumpuan prestasi bagi daerahnya," tukasnya. (mcy/din)











































