KONI DKI Dukung Pembatasan Atlet Elite ke PON

KONI DKI Dukung Pembatasan Atlet Elite ke PON

Mercy Raya - Sport
Jumat, 02 Sep 2016 21:24 WIB
KONI DKI Dukung Pembatasan Atlet Elite ke PON
Foto: -
Jakarta - Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Daerah DKI Jakarta, Raja Sapta Ervian, mendukung rencana Kemenpora yang akan membatasi atlet elite tampil di multievent Pekan Olahraga Nasional (PON).

Bagi Ervian, sudah sepantasnya pembinaan olahraga nasional bisa menetapkan standarnya ke Olimpiade. Minimal, mengacu pada nomor-nomor yang dipertandingan di kancah Olimpiade dan ajang internasional lainnya.

"Jangan sampai seperti sekarang, nomor internasionalnya di mainkan tapi di event nasionalnya malah dihilangkan. Intinya itu, bagaimana kita mau mencetak juara di internasional jika nomor cabang olahraga yang disiapkan di dalam negeri tidak sama dengan yang dipertandingkan di internasional. Jika tidak sinkron, bagaimana mau mencetak juara dunia," kata Ervian kepada wartawan Jumat (2/9/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ervian juga bersyukur karena arahan Presiden RI Joko Widodo pembinaan olahraga saat ini sudah semakin jelas. "Sebelumnya kan arah olahraga kita tidak jelas parameternya seperti apa," kata Eyi, sapaan akrab Raja Sapta Ervian.

Banyaknya transfer atlet daerah jelang PON 2016 Jawa Barat 17-29 September semakin memperjelas sistem pembinaan prestasi atlet di Indonesia masih belum beres. Beberapa daerah hanya ingin menampung atlet yang sudah jadi, bukan membina sejak dini seperti idealnya pembinaan daerah.

Hal ini pun membuat Menpora Imam Nahrawi gemas, karenanya Imam meminta KONI Pusat untuk membuat regulasi yang lebih ketat dan keras agar gelaran PON selanjutnya bisa lebih baik. Sedangkan pemerintah melalui Kemenpora akan memberi payung hukum untuk memperkuatnya, sehingga keluhan semacam itu tidak akan muncul di kemudian hari.

Menyoal itu, Eyi pun mendukung dan menyarankan agar pemerintah bisa lebih spesifik dalam menetapkan peraturan baru nantinya.

"Sekarang ini regenerasi atlet di masing-masing daerah tidak merata. Ada beberapa daerah yang sistem regenerasinya berjalan cepat, tapi ada juga yang lambat, sehingga mau tidak mau atlet yang usianya sudah terbilang tua masih menjadi tumpuan prestasi bagi daerahnya," tukasnya. (mcy/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads