Kontingen Jakarta merupakan juara umum di PON 2012 Riau. Total sudah 11 kali DKI Jakarta jadi juara umum pesta olahraga terbesar di tanah air itu. Jelang PON 2016 yang dimulai pekan depan, target mereka adalah kembali menjadi juara. DKI Jakarta total mengirim 902 atlet.
DKI juga sudah sangat siap menghadapi PON. Sejak tahun lalu atlet-atlet DKI Jakarta dari 16 cabang berbeda dikirim ke luar negeri untuk melakukan uji coba dan training camp. Beberapa negara yang di tuju di antaranya adalah Spanyol, Amerika Serikat, hingga Korea Selatan. KONI DKI juga mendatangkan 22 pelatih asing ke Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara khusus dia menyoroti adanya aturan pembatasan umur yang muncul setelah seleksi PON kelar digelar. Dia juga menemukan adanya jadwal pertandingan yang bentrok, padahal itu merupakan cabang dan nomor olahraga unggulan emas. KONI DKI Jakarta juga menilai nomor-nomor unggulan mereka yang tidak dipertandingkan, plus kemunculan 150 tambahan nomor pertandingan tidak terukur sehingga penilaiannya sangat subyektif.
Dalam kunjungannya ke kantor Detik.com, Raja Sapta Ervian buka-bukaan soal hal itu. Pria yang akrab disapa Eyi itu mengatakan, sejatinya KONI DKI Jakarta sudah menargetkan 195 emas di PON nanti. Hitung-hitungan medali emas itu ia patok pada awal Januari lalu, namun karena ada peraturan yang seakan dibuat-buat, terpaksa sepekan penyelenggaraan pihaknya masih harus hitung ulang.
"Masalah target sih semaksimal mungkin kami bissa dapatkan medali emas yang banyak. Tapi kalau patokannya dengan ada dinamika di lapangan pastinya perhitungan medali kami pun berubah. Karena banyak nomor di Riau yang kami dapat emas, tidak dipertandingkan di Jabar. Dan banyak cabor baru yang punya nilai subjektifitas tinggi seperti dansa dan drumband," kata Eyi.
"Jangankan itu, kami itu punya atlet yang diandalkan di dua nomor tapi di jadwalnya justru dibuat bentrok sehingga kami harus memilih salah satunya. Tidak cukup sampai di situ, cabang karate yang awalnya sudah disepakati pembatasan usia pada saat Rakernas, tiba-tiba saja ada yang mengikutsertakan atlet yang di luar usia semestinya,"
"Ya, kami cuma bisa berharap bisa bertanding fairplay lah. Karena kami tidak tahu sistem ini dibuat untuk merugikan kami sebagai juara umum bertahan atau menguntungkan siapa? Tetapi jika misalnya bicara target meraih emas semaksimal mungkin supaya kami tidak membebani atlet juga," ujar mantan atlet karate ini.
Persaingan antara DKI Jakarta dengan Jawa Barat memang begitu mencolok sejak PON pertama kami diadakan, terlebih hasil di Riau kemarin baik Jakarta dan Jawa Barat hanya berselisih 11 medali emas. Eyi menyadari hal itu, meski dirinya berharap semangat kontingen Jakarta tak surut hanya karena masalah tersebut.
Raja Sapta Ervian secara khusus juga menyoroti dihilangkannya cabang olahraga dan nomor pertandingan yang sebenarnya diperlombakan di level regional dan internasional (SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade). Padahal dengan biaya besar yang sudah dikeluarkan untuk PON, sejatinya pesta olahraga nasional tersebut menjadi ajang buat melakukan pencarian atlet, persiapan, dan diproyeksikan untuk tampil di level internasional.
"Ya, yang penting kami lihat ouput-nya saja, artinya kita sebetulnya tidak fanatik harus ini itu. Yang penting siapapun yang juara bisa fairplay dan ada manfaatnya untuk tim Merah Putih. Kalau banyak medali dan tidak ada dampak di SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade tentu harus dievaluasi ke depannya."
"Tapi di dalam itu ujung-ujungnya memang ini merupakan keputusan cabor dan PB PON. Kami sebagai peserta hanya bisa menikmati dan harus hadapi dengan target di nomor apapun harus maksimal," ujarnya. (mcy/din)











































