I Gede Siman Sudartawa, misalnya. Perenang peraih enam medali emas SEA Games itu, dan pernah lolos ke Olimpiade 2012, juga masih mau tampil di level PON. Tahun ini pria asal Bali itu memperkuat DKI Jakarta.
Di PON XIX Siman turun di tujuh nomor: 4 perorangan, 3 beregu. Di nomor gaya punggung 50 dan 100 meter, ia belum terkalahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diakui Siman, dirinya masih turun di level nasional karena kebutuhan finansial dan latih tanding yang harus dia lakukan demi persiapan menuju Asian Games 2018. Menurutnya, perhatian yang diberikan pemerintah masih kurang, meski sudah mulai ada perubahan dalam hal gaji.
"Tujuan saya selanjutnya adalah Asian Games 2018. Tapi menuju ke sana kan perlu banyak pertandingan, apalagi aku sprinter. Jadi untuk melengkapi itu terpaksa mesti mengejar di sini (PON) dalam hal finansial. Karena uji coba di luar negeri juga 'kan butuh bujet. Jadi mau dari mana lagi jika tidak lewat sini," ujar Siman.
Alasan lain, ia merasa PON masih efektif untuk mengasah mental bertandingnya.
"Perlu juga bertanding di pertandingan besar seperti PON ini, karena yang menonton banyak. Seperti kemarin, setiap atlet DKI masuk, suporter Jatim itu menyoraki 'huuu..'.. Nah itu 'kan pressure. Jadi dinikmati saja karena setiap pertandingan kita tidak tahu suporter dan tuan rumah seperti apa," ungkap dia.
Usai Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, Menpora Imam Nahrawi sempat berucap agar peraih medali Olimpiade atau Asian Games 2018 tidak perlu ikut PON lagi. Bahkan event SEA Games pun hanya dijadikan ajang ujicoba untuk para atlet elite.
Menurut Imam, hal ini penting karena sudah saatnya Indonesia memikirkan level persaingan dunia untuk kelas elite. Dia mencontoh hasil negara Asia Tenggara dan Asia lainnya yang sudah lebih dulu fokus ke arah sana. Selain itu, keberadaan atlet elite juga memperkecil terjadinya bajak-membajak atlet yang masih terjadi hingga PON 2016 Jawa Barat.
Siman pun sepakat dengan keinginan pemerintah yang ingin ada perubahan soal pembatasan soal atlet Olimpiade untuk turun di PON. Tetapi, sebelum ada kebijakan itu sebaiknya pemerintah menjamin dulu kebutuhan untuk atlet-atlet pelatnasnya.
"Saya setuju dengan keputusan pemerintah, memang lebih bagus seperti itu. Jadi lebih fokus juga untuk atletnya dan tahu tujuan kita mau ke mana.
"Tapi di PON ini tiap daerah berlomba untuk memberi bonus besar-besaran. Jadi itu sebenarnya untuk memenuhi kehidupan kita juga untuk ke depannya. Jujur, gaji dari pemerintah sudah meningkat dari yang dulu. Cuma masih dibilang belum cukup karena protein masih beli sendiri. Beda kalau kita dicukupi semuanya lalu finansial juga oke, untuk ke depannya mungkin saja bisa," pungkasnya.
(mcy/a2s)











































