Wartawan yang Diduga Diintimidasi Terkait Pemberitaan PON XIX Lapor Polisi

Wartawan yang Diduga Diintimidasi Terkait Pemberitaan PON XIX Lapor Polisi

Baban Gandapurnama - Sport
Rabu, 21 Sep 2016 15:51 WIB
Foto: detikcom/baban
Bandung - Zezen Zainal mengaku harus mengungsikan keluarganya setelah didatangi dua "preman" ke rumahnya. Merasa terintimidasi atas dugaan pemberitaannya soal PON XIX, ia pun lapor polisi.

"Saya menilai kejadian ancaman serta intimidasi ini sudah keterlaluan dan sangat berlebihan, ya karena sudah menyentuh dan menimpa keluarga saya," kata Zezen di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Rabu (21/9/2016).

Saban hari Zezen bertugas di Kota Bandung sebagai peliput di Pemprov Jabar. Bertepatan perhelatan akbar PON di Jabar, ia turut berkontribusi menggarap berita-berita seputar even olahraga empat tahunan ini untuk medianya, Tribun Jabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua pria tak dikenal menyambangi rumah Zezen pada Selasa (20/9) kemarin, sekitar pukul 10.30 WIB. Waktu itu Zezen sudah pergi kerja, sedangkan di rumah hanya ada istrinya.

"Istri saya langsung menelpon saya dengan nada ketakutan. Menurut dia, kedua orang tak dikenal itu mirip preman, yang satu bertato di tangan. Mereka menanyakan soal keberadaan saya, kapan saya pulang dan ada di rumah. Ya mereka sudah mengintimidasi saya dan keluarga," ujar Zezen.

Zezen berkisah, sebelum dua 'preman' itu bertandang ke rumah, tanda-tanda ancaman dan intimidasi via telepon serta SMS atau pesan singkat sudah ia rasakan sejak Sabtu siang (17/9) lalu. Hari itu suratkabarnya menerbitkan berita di halaman satu berjudul 'Menpora Ingatkan PB PON. Hati-hati Penggunaan Dana. Jangan Sampai Kasus PON Riau Terulang'. Berita tersebut karya Zezen.

Pihak pengancam, sambung Zezen, mengatasnamakan LSM yang mengklaim keberatan dengan berita karya Zezen yang dianggap mengkritisi penyelenggaran PON Jabar.

"Sabtu itu saya menerima pesan singkat (SMS) dari seseorang dengan nomor yang tidak saya kenal yang menanyakan keberadaan saya. Dia lalu menelepon, tapi enggak terangkat karena ponsel lagi dicharge. Saya telepon balik, tapi enggak dijawab," ujar Zezen.

Dia melanjutkan, tak lama kemudian nomor itu mengirim beberapa SMS ancaman dan meminta tidak lagi memberitakan hal-hal sensitif tentang PB PON seperti penggunaan dana dan lainnya. Beberapa jam kemudian, Zezen kembali menerima SMS dari nomor lain yang tak dikenal dan orang berbeda.

"Dia mengaku sebagai anggota LSM. Dia meminta saya mengangkat telepon. Dalam perbincangan itu, dia keberatan dengan pemberitaan soal PON terbitan Sabtu yang saya buat. Dia dan teman-temannya yang mengaku tersinggung dengan berita tersebut meminta bertemu saya," tuturnya.

Bukan hanya itu, Zezen mengaku orang-orang tak dikenal tersebut mengancam akan mendatangi rumahnya.

"Dia bilang sudah tahu tempat tinggal saya. Bahkan dia mau menghabisi saya. Sore harinya masuk panggilan ke ponsel saya dari nomor berbeda lagi. Orang itu ini mengaku dari sebuah ormas. Dia mengaku bersama dua orang sebelumnya yang hubungi saya via ponsel meminta saya menghentikan pemberitaan-pemberitaan mengkritisi PON," tutur Zezen.

Meski belum dapat dipastikan apakah mereka berkelompok, Zezen menduga pengancam telepon dan SMS serta kedatangan dua 'preman' itu saling keterkaitan.

"Istri saya mengalami trauma berat. Psikologi kami terganggu. Kemananan jiwa kami juga terancam. Makanya saya melalui kantor Tribun Jabar melaporkan ke Polda Jabar," ujarnya.

Ancaman dan intimidasi yang diterima Zezen, ujar Zezep, sudah bertentangan dengan UU Pers. Maka itu, pihaknya melaporkan sang pengancam dengan Pasal 18 UU No.40/1999 tentang Pers.

"Siapa yang menghambat aktivitas jurnalistik atau menghalangi-halangi tugas wartawan, maka ada ancaman pidananya," ujar Cecep Burdansyah, pimpinan redaksi Tribun Jabar yang mendampingi Zezen di Mapolda.

Ia meminta kepada pihak-pihak yang keberatan dengan pemberitaan agar mengunakan hak jawab.

"Datanglah ke kantor. Kita diskusi kalau memang merasa keberatan. Jangan melakukan tindakan-tindakan ancaman dan intimidasi," kata dia.

Cecep memercayakan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada Polda Jabar. "Kita belum bisa memastikan apakah para pengancam itu satu rangkaian atau bukan. Kami serahkan kepada polisi untuk mengungkapnya," kata Cecep.

(bbn/a2s)

Hide Ads