PON Jabar tak cuma menjadi adu perebutan prestasi para atlet. Tapi, PON ke-19 yang resmi dibuka 17 September dan rencananya bakal berakhir 29 September tersebut malah jadi 'ajang emosi' pada beberapa cabang olahraga.
Tono menilai kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam PON perlu dibenahi. Apalagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah gelaran yang levelnya lebih tinggi lagi: Asian Games di tahun 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intinya memang kita harus terus berbenah, baik PB PON sekarang ataupun siapa saja yang akan jadi PB PON nantinya, juga induk cabor dan KONI," imbuh dia.
Khusus sorotan terhadap kinerja wasit, Tono mengakui kualitas wasit pada PON kurang mumpuni. Dia pun meminta agar pengurus besar/pengurus pusat (PB/PP) induk cabang olahraga mendongkrak kualitas wasit nantinya.
"Untuk wasit seperti kita ketahui bersama penataran-penataran itu tak seperti yang diharapkan. Di PB ada yang melakukan, ada yang tidak. PB harus melakukan evaluasi sehingga SDM diberi pendidikan dengan penataran khusus dan bersertifikat. Sertifikat A, B, C itu penting sehingga waktu memimpin mempunyai integritas yang kuat.
"Tekanan-tekanan penonton bisa berpengaruh. Human error di pertandingan besar itu ada.
"Wasit dan technical delegate ditentukan oleh induk cabang olahraga, harusnya mereka menyeleksi yang terbaik dari yang baik-baik. Wasit itu datangnya dari semua provinsi, apakah mereka sudah melakukan penataran dengan merata dan membuat integritas wasit yang baik," ucap pensiunan TNI tersebut.
(fem/mrp)











































