Kasus pemukulan aparat keamanan terhadap kontingen DKI Jakarta menjadi noda dalam PON XIX/2019 Jabar menjadi insiden yang membetot perhatian publik. Bukannya mengamankan pertandingan, si aparat malah terlibat baku pukul dengan atlet di Makodam III/Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung, Selasa (20/9/2016).
Kejadian-kejadian yang jauh dari sportif sudah bergulir sebelumnya. Hingga hari keenam PON, beberapa insiden tak sportif sudah melibatkan suporter, wasit, dan atlet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Ricuh di cabang olahraga wushu
![]() |
Ricuh pada cabang olahraga wushu terjadi saat pertandingan final sanda kelas 52 kg putri yang mempertemukan Rosalina Simajuntak dari Sumatera Utara melawan Selviah Pertiwi dari Jawa Barat yang berakhir dengan skor 2-1.
Ketua Pengrov Wushu Jawa Barat, Edwin Sanjaya, tiba-tiba turun ke lapangan. Dia kemudian menuju matras pertandingan dan menantang para wasit. Wasit tak menggubris tindakan Edwin. Edwin malah memprovokasi penonton yang didominasi suporter Jawa Barat untuk turun ke lapangan.
Penonton merespons dengan masuk ke arena pertandingan. Sebagian sebagian mengejar Rosalina Simajuntak dan Mei Yulia Nengsih Kurniati (kelas 56kg), juga dari Sumut, yang sedang mempersiapkan diri untuk tampil.
2. Nyaris Terjadi Pengeroyokan Wasit Basket
![]() |
Insiden itu terjadi kala Papua Barat menghadapi Jawa Barat di babak penyisihan Grup B cabang olahraga basket, di GOR C-Tra Arena, Bandung, Rabu (21/9/2016). Laga dihentikan sementara saat para pemain Papua Barat mengajukan protes keras sampai hampir mengeroyok wasit yang bertugas.
Petugas keamanan bisa melerai keduanya dan mengamankan wasit. Pada akhir pertandingan, Jabar meraih kemenangan dengan skor 73-59. Papua Barat menuai kekalahan ketiga dan dipastikan gagal melaju ke babak knock out.
3. Panas di Kolam Polo Air
Kericuhan pada polo air bermula dari adu mulut antara dua tim yang bertanding, Jawa Barat dengan Sumatera Selatan, di dalam kolam renang, Senin (19/9/2016) di Komplek Stadion Si Jalak Harupat. Suporter tuan rumah yang didominasi aparat TNI ikut panas.
Mereka malah melempari kontingen Sumsel dengan botol air mineral dan ribut dengan kontingen DKI Jakata yang kebetulan berada di lokasi. Video kericuhan itu menjadi viral di sosial media.
Ketua Kotingen Jabar, Pangdam III/Siliwangi Mayor Jenderal Hadi Prasojo, dimutasi usai insiden itu. Dia akan menempati jabatan baru sebagai Inspektur Jenderal Angkatan Darat (Irjend) di Markas Besar TNI Angkatan Darat. Dalam keteranganya dia membatah mutasi terkait kericuhan pada polo air.
4. Boikot Pertandingan Judo
![]() |
Pengprov Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) Jawa Timur memboikot pertandingan di hari terakhir pada pertandingan di GOR Saparua. DKI jakarta datang tapi tak mau bertanding.
Kontingen-kontingen daerah lain mengikuti untuk memboikot pertandingan. Sebagian besar kecewa terhadap kepemimpinan wasit. Sebagian lain beralasan judoka mereka cedera pada hari Senin (19/9/2016), di GOR Saparua, Bandung,
5. Kecam Wasit Karate
Bukan perwakilan kontingen yang memprotes kinerja wasit di cabang olahraga. Penilaian buruk malah dilemparkan oleh umum PB FORKI, Gatot Nurmantyo, kepada wasit yang memimpin nomor kata (seni) pada Minggu (18/9/2016).
Menurut Gatot, jika wasit yang memimpin saja tak profesional, bukan tidak mungkin akan berdampak pada mental atletnya yang jadi malas berlatih. Padahal, PON kali ini menjadi salah satu seleksi PB FORKI untuk mencari karateka menuju Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang.
6. Tawuran suporter
Perkelahian antarsuporter itu terjadi ketika DKI Jakarta menghadapi Jawa Barat dalam babak penyisihan grup di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Minggu (18/9/2016). Akibat insiden itu, kick-off tertunda sampai 20 menit.
Di akhir pertandingan, Jabar keluar sebagai pemenang dengan skor 2-0. Dua gol kemenangan tuan rumah Jabar dicetak oleh Angga Febryanto Putra (5) dan Heri Susanto (22). Dalam perjalanannya DKI tersingkir, Jabar melaju ke babak 8 besar.
(fem/din)