Dalam pertandingan atletik yang digelar di Stadion Pekansari, Bogor, Jumat (23/9/2016), Maria berhasil melompat sejauh 6,36 meter. Dia mengalahkan Rini Susanti dan Ika Puspa Dewi yang finis di urutan kedua dan ketiga. Rini menorehkan catatan 5,88 meter, sementara Ika menorehkan catatan 5,83 meter.
Maria mengaku bersyukur. Ini adalah medali emas ketiganya di PON. Sebelumnya, dia meraih emas pada PON 2008 di Kalimantan Timur dan PON 2012 di Riau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maria gagal di Olimpiade setelah hanya menorehkan catatan 6,29 meter. Dia menempati posisi ke-12 di Grup B dari total 38 atlet yang berlomba saat itu. Padahal, di SEA Games 2015 Singapura dia membukukan lompatan hingga 6,70 meter, yang mana membuatnya meraih tiket ke Olimpiade.
Diceritakan gadis berusia 25 tahun ini, kemenangan tersebut juga tak lepas dari motivasi pelatihnya, I Ketut Pageh. Maklum, setelah berhasil mengantongi medali emas dan meraih tiket lolos Olimpiade, kondisi Maria memang tidak sepenuhnya baik. Ia sempat mengalami cedera lutut kiri.
"Kalau dari pertandingan, Bapak (Pageh) cuma bilang, buat yang terbaik dengan apa yang menjadi kemampuan kamu. Karena lawan terberatnya adalah diri sendiri. Bapak tidak pernah bebani saya harus ini-itu. Yang penting buatlah hari itu menjadi yang terbaik buat kamu. Itu saja," ungkap Maria.
Saat ini, kata Maria, kondisinya sudah jauh lebih baik, meski rasa sakit pada kaki terkadang masih suka kambuh. "Kalau trauma, sih, nggak, tapi masih (suka) merasakan kaki saya sakit. Jangan sampai cedera lagi, soalnya itu menakutkan sekali. Makanya Bapak selalu pesan kendalikan diri walau ingin pecahkan prestasi diri. Karena yang tahu kondisi saya yang tahu saya dan pelatih. Jadi, apa yang disarankan pelatih saya ikuti," ujarnya.
Setelah ini Maria masih akan bertanding di nomor lompat jangkit, Minggu (25/9). Ia berharap bisa mencetak hat-trick kembali seperti lompat jauh. "Minta doanya supaya saya bisa melakukan lompatan yang terbaik," tutupnya.
(mcy/roz)