Beda Rejeki Penjual Suvenir dan Penjaja Kuliner di Arena PON

PON XIX

Beda Rejeki Penjual Suvenir dan Penjaja Kuliner di Arena PON

Lucas Aditya - Sport
Minggu, 25 Sep 2016 19:10 WIB
Foto: detiksport/lucas
Bandung - Sebagai sebuah hajatan besar, Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 di Jawa Barat juga merupakan ladang tersendiri buat para pedagang, mulai dari penjaja makanan sampai suvenir.

Hal itu yang tampak di kompleks Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Minggu (25/5/2016). Di venue ini dipertandingkan taekwondo, loncat indah, sepak takraw, dan softball.

Pusat penjualan suvenir berada di sisi gedung Gymnastic, di samping jalan menuju venue renang. Sementara pusat kuliner ada di muka gedung yang sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang penjual minuman jus buah, Fatimah, sibuk untuk melayani penjual sedari pagi. Jus belimbing, tomat, buah naga, dan jeruk menjadi barang dagangannya.

"Hari ini bawa 10 kilogram. Alhamdulillah sudah mau habis. Kira-kira bisa dapat Rp 3 jutaan," ujar Fatimah saat berbincang dengan detikSport.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Dian, yang berjualan kebab. Dia juga mengungkapkan alasan dagangannya menjadi lebih laris.

"Mungkin karena ini akhir pekan ya. Lumayan, hari ini ramai. Biasa dapat Rp 1 jutaan, hari ini bisa Rp 4 jutaan. Hari ini bisa menambal hari-hari sebelumnya," ungkap Dian.

Nasib berbeda dialami oleh pedagang suvenir, Alex. Dia yang berjualan pernak-pernik mengaku dagangannya sepi. Alex menjual plakat, gantungan kunci, gelang, pulpen, dan imitasi medali.

Gantungan kunci dan pulpen dibanderol sekitar Rp 5 ribu, gelang karet dijual Rp 15 ribu, sementara plakat Rp 50 ribu.


"Hari ini masih sepi. Untuk ukuran acara multievent masih sepi. Per hari omsetnya Rp 1 jutaan," kata pria yang mengaku pernah berjualan pernak-pernik serupa sejak tahun 2010.

Kendati hari ini sepi, Alex masih yakin bahwa dirinya bakal balik modal hingga hari penutupan. Untuk menyewa satu stand, para pedagang dikenalan biaya sewa sebesar Rp 6 juta.

"Saya masih punya harapan hingga besok penutupan. Saya cuma bisa berharap pada para kontingen, karena masyarakat di sini kurang banyak yang belanja. Mungkin karena ini lingkungan kampus," ujar pria asal Sumatera Barat itu optimistis.

"Di sini masih mending karena masih dilalui banyak orang. Sementara di Jalak Harupat jauh dari tempat parkir," tambahnya

(cas/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads