Taekwondo hampir rutin mengantarkan atlet untuk tampil di olimpiade. Namun pada gelaran olimpiade Rio, Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI) tak berhasil meloloskan atletnya.
"Ini merupakan pekerjaan rumah yang paling berat buat kami karena, terus terang, atlet kami tidak bisa lolos kualifikasi Olimpiade. Saya harus menebusnya dengan bisa mendapatkan prestasi yang baik di Asian Games nanti. Sehingga dari situ kita bisa menyiapkan atlet untuk Olimpiade 2020," kata Ketua Umum PB TI, Marciano Norman, Senin (26/9/2016)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Norman mengakui jika kegagalan atletnya disebabkan kurangnya jam terbang dan postur tubuh yang kurang tinggi. Postur itu, disebutnya, berpengaruh terhadap penggunaan dua alat protector scoring system (PSS) dan digital scoring system (DSS) β perangkat digital untuk penentu perolehan poin dalam pertarungan taekwondo -- jadi tidak maksimal.
Makanya, dia bertekad untuk membayar kegagalan itu pada Asian Games 2018. Selain ingin memberikan hasil bagus di kandang sendiri, PB TI berniat menjadikan Asian Games 2018 sebagai abtu loncatan ke Olimpaide 2020.
"Kami harsu menyiapkan atlet ke Olimpiade 2020 dari sekarang, tidak bisa secara instans dibentuk atau dinaikkan. Dia harus punya pijakan yang kuat supaya kepercayaan dirinya tinggi dan memiliki mental juara," imbuh Norman.
Tak hanya soal membentuk pijakan kuat di Asian Games 2018, Norman juga berencana memberlakukan syarat baru bagi atlet-atlet taekwondo yang masuk pelatnas. Di antaranya adalah postur tubuh yang harus mendekati ideal.
"Karena apa? Dia sebagus apapun kalau posturnya jauh akan kasihan dapat lawan yang lebih besar. Apalagi Olimpiade, (bukan tidak mungkin) dia akan jadi bulan-bulanan. Bukan karena dia jelek tetapi dari jangkauannya saja tidak tercapai. Kami juga harus melihat kembali kelas ini idealnya seperti apa," katanya.
Dia juga meminta agar semua pihak untuk membantunya melihat potensi-potensi atlet taekwondo di daerah untuk bisa dijadikan atlet nasional. "Kami akan jemput. Sebab, tidak cukup hanya dengan kacamata yang ada di PB TI saja atau cabor saja, tetapi media yang juga punya network biasa bisa untuk kemajuan olahraga," pungkas dia.
(mcy/fem)