Angkat besi menjadi salah satu cabang olahraga yang rutin menjadi lumbung medali Indonesia pada level internasional, termasuk Asian Games dan Olimpiade. Namun, jika diperhatikan para peraih medali dua ajang olahraga itu masih juga turun pada PON Jabar ke-19 ini. Mereka jugalah yang meraih medalinya dengan jarak total angkatan yang jauh dari para pesaing.
Belakangan muncul wacana pembatasan usia dan atau muncul syarat tertentu buat para peserta PON. Salah satunya larangan tampil buat para peraih medali Olimpiade.
Triyatno kurang setuju dengan wacana itu. Sebab, bagi dia dan para lifter nasional PON, baik uang saku daerah dan bonus medali yang diberikan, bisa menjadi bekal kala pensiun nanti.
"Untuk angkat besi wacana itu belum bisa dijalankan karena kejuaraan pada single event jarang. Padahal daerah sudah memberi uang saku per bulan kepada kami," kata Triyatno dalam obrolan dengan detikSport.
"Kalau memang batasan usia PON itu dilakukan, semestinya kejuaraan dibuat konsisten lebih dulu," ucap Triyatno yang sudah tiga kali tampil di Olimpaide dan berhasil menyumbangkan medali dalam dua edisi di antaranya.
Senada, Deni yang menjadi peraih emas dari kelas 69 kg dan mewakili Jabar, menganggap wacana tersebut bisa dilakukan jika para peraih medali olimpiade mendapatkan apresiasi yang lebih sip ketimbang atlet PON. meskipun dia melihat ada imbas bagus jika ada batasan usia.
"Ada sisi bagusnya, ya, yakni buat regenerasi. Tapi yang penting ada kompensasi buat para olimpian. Mungkin pekerjaan. Sampai sekarang saya kan belum bekerja.
"Pekerjaan apa saja yang penting ada jaminan kesejahteraan untuk atlet," ucap Deni.
Eko Yuli yang sudah menyumbangkan tiga medali dari tiga kali Olimpiade, juga kurang setuju. Bukan apa-apa, PON jadi sumber rezeki para atlet.
"Kalau bisa jangan dibatasi umur karena banyak cabang olahraga atau atlet yang cuma bisa mengandalkan PON karena tidka mampu menembus level internasional," tutur dia.
(mcy/fem)