Ajang PON dibuka, Sabtu (17/9/2016) malam WIB. Upacara pembukaan dilakukan di stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.
Sebanyak 755 medali emas ditawarkan oleh Jabar untuk diperebutkan di ajang PON kali ini. Untuk sementara, tim tuan rumah unggul jauh. Jabar terus diikuti DKI Jakarta dan Jawa Timur yang sepertinya harus puas berebut peringkat kedua sampai akhir PON dengan jauhnya jarak koleksi medali emas sejak hari pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kericuhan di cabor polo air yang paling menjadi bahan pembicaraan. Karena aksi adu jotos di lapangan merembet ke tribune penonton. Bahkan, akibat itu sampai ada tagar #PONJabarKacau di lini masa sekitar enam hari yang lalu.
Sementara dari cabor sepatu roda, sempat ada keluhan karena pencatatan waktu menggunakan sitem manual. Hal itu harus terjadi karena pengiriman logistik pencatat waktu otomatis ke penyelenggara pertandingan yang terlambat.
Atas penyelenggaraan PON ini, beberapa warga Bandung yang sempat berbincang dengan detikSport juga memberikan komentarnya. Yang pertama adalah Yudi (44 tahun), yang ditemui di gelanggang Gymanstic, kompleks Universitas Pendidikan Indonesia.
"PON ini cuma meriah untuk beberapa orang tertentu saja. Maksudnya, mungkin di sini sangat ramai. Tapi, di daerah lain seperti Cianjur dan daerah pinggiran kurang terasa semaraknya," kata Yudi.
"Jabar saat ini memang di atas, tapi ini juga karena tuan rumah. Secara psikologis tuan rumah jelas pasti diuntungkan," tambahnya.
Warga Bandung lainnya, Dedi (40 tahun), menyoroti mengenai hal yang berbeda. Minimnya informasi terkini mengenai pertandingan dan petunjuk mengenai venue pertandingan menjadi keluhannya.
"Saya tadi menjajal naik bus dari Padjajaran, saya ingin melihat beberapa cabang olahraga tapi informasinya di website minim. Petunjuk arah di venue juga masih kurang. Salah satu contohnya atlet yang bertanding, kalau tidak mendengar barusan ya saya tidak tahu," ungkap Dedi saat berbincang di gelanggang renang UPI.
"Sementara ini, informasi mengenai tiket penutupan juga masih simpang siur. Di mana tempat untuk mendapatkan itu juga masih belum ada informasi," tambah pria sehari-hari menjadi karyawan swasta itu.
Sedikit berbeda dengan dua warga Bandung di atas, Anugerah (44) tahun, memberikan penilaian yang sedikit menyejukkan soal PON ini.
"Semua hal jelas pasti ada positif dan negatifnya. Termasuk penyelenggaraan PON ini, selalu ada dua sisi. Jadi, jangan selalu dilihat yang buruk-buruknya saja," kata bapak dua anak yang berprofesi sebagai arsitek itu.
"PON ini saya pikir lumayan ramai, buktinya akhir pekan ini menjadi tambah macet," tambahnya.
(cas/fem)