Indikator penurunan itu adalah perolehan medali di SEA Games. Jika di edisi 2011 Indonesia meraih 12 medali dari 24 nomor yang dipertandingkan, lalu pada edisi 2013 meraih 5 emas dari 13 nomor yang dipertandingkan, di edisi tahun 2015 hanya 1 medali emas diraih dari 6 nomor yang dipertandingkan.
Catatan di SEA Games terakhir itu bahkan kalah dari negara tetangga, Malaysia, yang mampu memenangi 2 medali emas.
"Kita sudah terpuruk, bukan maju. Kita sudah tertinggal dari Thailand, Vietnam, Brunei. Mereka bukan Vietnam yang dulu, bukan Brunei yang dulu. Bukan Malaysia yang bertemu saya di tahun 2001. Mereka sudah mempunyai pilar yang bagus di Olimpiade kemarin," kata Sama'i saat berbincang di velodrome Munaip Saleh.
Di Olimpiade Rio de Janeiro, atlet Malaysia, Azizulhasni Awang, mampu meraih satu medali perunggu. Dia mendapatkannya saat turun di lintasan trek nomor keirin putra.
Sama'i, yang akan melatih usai Pekan Olahraga Nasional XIX Jawa Barat, mempunyai usulan untuk federasi olahraga balap sepeda Indonesia, PB ISSI. "PB ISSI harus utamakan pemain muda. Jangan ambil risiko," ucap pria berusia 36 tahun itu.
"Untuk SEA Games, PB ISSI tidak boleh menunggu-nunggu lagi. Persiapan kita sudah tertinggal dari negara lain. Usai PON ini, daftar atletnya sudah ada, jadi harus segera dipanggil."
Di SEA Games tahun depan, balap sepeda akan memperlombakan cukup banyak nomor: 19. Sama'i juga sudah mengungkapkan harapannya agar Indonesia bisa berprestasi tinggi di cabor balap sepeda saat menjadi tuan rumah Asian Games 2018 mendatang.
"Saat saya melatih nanti, saya tidak mau mendapat malu. Anak buah saya harus juara. SDM kita cukup kuat, cuma kompetisinya yang tidak ada. Karena pengalaman bertanding menjadi yang utama," tegasnya.
(cas/roz)