Sejak dibuka pada 17 September lalu, PON Jabar lebih bergaung dengan banyak rentetan kendala, kericuhan, dan aksi protes karena kinerja wasit yang dinilai tidak adil, paling sering muncul pada cabang olahraga permainan dan bela diri.
Adu jotos di cabang polo air pada awal-awal gelaran PON menyedot perhatian banyak perhatian dari masyarakat. Kala itu tim Jabar dan Sumatera Selatan yang bertanding. Kericuhan pun sampai merembet di bangku tribune penonton, yang videonya viral di media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukannya membaik, aksi protes kian menjadi. Aksi itu seperti terjadi di cabor senam indah, gulat, anggar, berkuda, karate, menembak, dayung, sampai sepatu roda.
Pendistribusian peralatan pertandingan yang terlambat juga menjadi hambatan tersendiri. Sebagai contoh, alat penghitung waktu otomatis di cabor sepatu roda datang mepet dengan waktu penyelenggaraan lomba, hingga panitia pertandingan menggunakan pencatat waktu manual di nomor time trial. Alhasil, protes pun berdatangan saat Jabar meraih medali emas.
Kekacauan PON Jabar ini lantas membuat tujuan pesta olahraga di tanah air ini dipertanyakan. Apakah hanya untuk mengejar gengsi daerah dan menghalalkan segala cara untuk menjadi juara umum?
![]() |
PON semestinya menjadi muara dari pembinaan-pembinaan atlet dari seluruh provinsi di Indonesia. Mereka bertanding untuk menjadi yang terbaik di ajang yang lebih tinggi lagi di SEA Games, Asian Games, dan bahkan sampai Olimpiade.
Sebagai indikator pembinaan di Indonesia yang tak berhasil tampak dalam dua edisi SEA Games yang terakhir. Kontingen 'Merah-Putih' tak pernah menembus posisi tiga besar. Di Myanmar tahun 2013, Indonesia ada di posisi empat. Sedangkan di Singapura tahun lalu, Indonesia di posisi lima.
Hal itulah yang mengusik pikiran, Fahmy Fachrezzy, pelatih tim senam kontingen DKI Jakarta. Dia bilang bahwa bukan gengsi daerah yang mesti diutamakan saat menyelenggarakan PON, melainkan keinginan untuk berkembang bersama-sama demi memajukan olahraga di Indonesia.
"Ajang multievent seperti PON dan SEA Games, itu mengacu pada respek, sportivitas, dan berkembangnya semua cabang olahraga dari semua negara atau kontingen," kata Fahmi saat berbincang dengan detikSport di GOR Arcamanik, Bandung, Jawa Barat.
"Tapi, kalau sudah mulai ada tuan rumah ingin juara umum, tim ini ingin juara umum, maka pemersatunya sudah bergeser menjadi pemecahan-pemecahan. Saya ingin PON kembali menjadi pemersatu, untuk berkembang dan bersama-sama maju.
"Kalau sampai ada atlet dibeli dan pindah untuk mengejar ambisi menjadi juara umum, maka nilai PON-nya bergeser. Lebih tinggi nilai bisnisnya dari pada nilai prestasi. Biarlah kalah tidak apa-apa, tapi ada kebanggaan. Tadi ada atlet, dari Kalimantan Tengah meski cedera tetap bermain, dia senang saja karena ada putra daerah sampai di sini.
![]() |
"Harapan saya adalah mari kita kembali ke semangat PON," imbuhnya.
Dua ajang besar sudah menanti Indonesia dalam dua tahun ke depan. SEA Games 2017 yang akan berlangsung di Malaysia, satu lagi Asian Games saat Indonesia menjadi tuan rumah.
PON Jabar saat ini tengah menghelat pertandingan dan perlombaan hari terakhir, Rabu (28/9/2016). Sepakbola, balap sepeda, voli indoor, dan beberapa cabang lain masih ada perebutan medali emas. Tim tuan rumah, Jabar, sudah dipastikan menjadi juara umum dengan medalinya yang menembus 200 medali emas.
Usai perhelatan yang ke-19 ini, sudah seharusnya semangat PON untuk meraih prestasi di ajang yang lebih tinggi bisa dikembalikan lagi.
(cas/fem)













































