Dari sekitar ribuan peserta, Zainul jadi salah satu pebalap yang menginjak garis. Menempuh jarak sejauh 180 KM tentu bukan pekerjaan yang mudah apalagi bagi mereka yang tak terbiasa melakoni balapan seperti ini.
Tapi, Zainul mampu "melawan itu" dan berusaha keras menuntaskan balapan termasuk tidak pernah turun di trek tanjakan. Keinginan mengukur batas kekuatan jadi "penyemangatnya".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya tidak pernah turun saat turunan. Ingin jajal kekuatan. Kesulitannya saat tanjakan dan harus sabar walau melambat," kata Zainul di depan Hotel Sentosa, Senggigi, Minggu (2/10/2016).
"Determinasi kekuatan tekad dan jangan menyerah. Pernah waktu latihan dalam sehari sejauh 250 kilometer tetapi tidak seberat ini treknya," sambungnya.
Diakui oleh Zainul, seua pebalap mengagumi panorama yang disajikan di sepanjang rute. Ia mencontohkan, ketika negara lain hanya mempunyai trek menanjak hanya saat di kawasan pegunungan, akan tetapi Lombok berada di bibir pantai.
"Kalau di luar negeri tanjakannya hanya ada di mountain area. Di sini tanjakannya ada di pantai. Inilah dari keistimewaan Lombok," ucap Zainul.
Dengan pengalaman menghelat GFNY ini ia pun berencana untuk mengadakan kegiatan yang lebih serius. Acara ke depannya itu adalah Tour De Lombok.
"Kalau soal Tour De Lombok kita sangat support. Saya sudah ngomong sama Okto (Raja Sapta Oktohari, ketum PB ISI). Semoga tahun depan dapat terlaksana," tutup Zainul.
(mrp/mrp)