Festival itu digelar di Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, Minggu (9/10/2016). Sebanyak 17 provinsi turut berpartisipasi dalam acara itu. Ada juga penampilan dari partisipan dari luar negeri seperti Myanmar.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah paraga. Olahraga tradisional asal Sulsel itu biasanya dimainkan oleh 5-7 orang. Permainan yang disebut paling digemari oleh para remaja ini menggunakan bola sepak takraw sebagai media untuk beratraksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Freestyle ini tergolong ekstrem karena mereka memainkan bola sambil membuat formasi seperti sedang melakukan cheerleading. Ada tiga tingkatan ke atas dari formasi tujuh orang sambil melakukan jugling bola.
Ketua partisipan Sulsel, Andi Abubakar Hamid, mengatakan bahwa permainan ini masih menjadi favorit. Sebabnya, acap kali dimainkan saat acara pernikahan dan hari-hari besar.
"Kedua permainan ini sampai sekarang tetap disenangi oleh masyarakat, terutama dari kalangan muda. Setiap hari-hari besar dan waktu-waktu senggang mereka selalu bermain," kata Hamid saat berbincang dengan pewarta.
"Permainan ini juga sering dibawa oleh para pelaut kapal phinisi saat berlabuh, untuk mengisi waktu luang. Permainan paraga ini tak pernah hilang, paraga selalu menjadi hiburan di acara-acara di Sulawesi Selatan," imbuhnya.
Ansar, salah satu pemain paraga, mengungkapkan keasyikan bermain olahraga tradisional yang satu ini. Dia yang mengaku sering terjatuh, mengaku tak capek. Tambahan uang jajan ketika melakukan atraksi juga membuatnya berani menjadi pemain yang berada di posisi paling tinggi.
"Setiap hari latihan, sejak dari usai tujuh tahun. Sekarang 12 tahun. Latihan bersama teman yang lebih senior. Sudah sering jatuh, tapi ya sudah biasa," kata Ansar.
![]() |
"Senang sekali bisa bermain atraksi seperti ini. Saya memainkan ini di rumah saja, semua olahraga tradisional rata-rata saya suka. Ya, terkadang bisa menambah uang jajan dengan beratraksi dengan paraga," lanjut pelajar kelas 3 SMP itu.
Selain paraga, Sulsel juga memainkan olahraga lain yang bernama patiku. Olahraga ini biasa dimainkan oleh nelayan kampung Kaemba di muara Sungai Kabupaten Maros.
Permainan ini meniru cara nelayan pesisir mencari ikan di muara sungai dengan jaring saat air laut mulai surut, di mana nelayan akan membentangkan jaring panyang untuk menangkap ikan di muara.
Olahraga ini dimainkan oleh dua tim. Tim pertama disebut patiku. Mereka berjumlah tiga orang, yang bertugas menjaga dan menangkap pemain lawan. Sementara grup kedua disebut Juku. Jumlah orangnya sama, mereka diibaratkan sebagai ikan yang harus ditangkap.
Kepala Bidang Olahraga Tradisonal Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga, Drs Arman, mengungkapkan alasan mengapa cuma ada separuh dari total provinsi di Indonesia yang ikut serta.
"Yang ditampilkan dalam festival olahraga tradisional, ada dari 17 provinsi dari total 34 provinsi yang ada. Sedikit karena ada pemotongan anggaran di pemda masing-masing. Biasanya 34 provinsi. Ini merupakan penyelenggaraan yang ke-10," ungkapnya.
"Karena ini festival jadi tidak ada juara, hanya penampilan terbaik. Yang dinilai dari segi olahraganya, waktunya, lalu seni budayanya dari busana dan performa."
"Kebanyakan yang ditampilkan adalah olahraga tradisional yang sudah lama tidak dimainkan atau tradisi masing-masing daerah yang belum terangkat. Karena, pelestarian permainan tradisional menjadi tanggung jawab kita bersama," kata Arman.
(cas/roz)