Di TAFISA, Ada Gasing Terbesar di Indonesia

Di TAFISA, Ada Gasing Terbesar di Indonesia

Mercy Raya - Sport
Minggu, 09 Okt 2016 20:28 WIB
Foto: detikSport/Mercy Raya
Jakarta - Tidak hanya olahraga rekreasi, TAFISA Games 2016 juga menampilkan kontes permainan tradisional ciri khas Indonesia. Salah satunya gasing.

Gasing, atau juga yang lebih dikenal dengan sebutan gangsing, merupakan mainan yang bisa berputar pada poros dengan bantuan tali. Permainan ini menjadi salah satu permainan yang dikenalkan di TAFISA Games 2016, yang merupakan festival olahraga rekreasi masyarakat dan tradisional.

Minggu (9/10) siang, gasing itu mulai dipertunjukkan. Menariknya, gasing yang ditampilkan tidak hanya berukuran kecil seperti umumnya, tetapi juga ada gasing berukuran besar dengan berat 4 kwintal. Gasing tersebut berasal dari Bali, tepatnya dari desa Munduk, Kabupaten Buleleng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pecinta sekaligus praktisi gasing, Putu Ardana, dari Bali, adalah salah satu peserta TAFISA Games 2016 yang menggagas gasing terbesar tersebut. Dia bisa ikut ambil bagian dari TAFISA ini berkat undangan dari Komunitas Gasing Indonesia.

Putu yang merupakan Kepala Desa Adat di Desa Munduk ini bersama belasan rekannya membuat gasing tersebut di Bali selama 15 hari. Menggunakan bahan kayu jati, gasing Bali dengan diameter 2,5 meter dan tinggi 1,7 meter itu memiliki bentuk seperti piring terbang dengan warna mayoritas hitam.

Di halaman parkir Gondola, Ancol, gasing itu berdiri tegak dengan ditopang kontruksi yang kuat. Kata Putu, dalam pertunjukkannya, ganggsing itu tidak akan dilepas begitu saja. Namun dia akan berputar di tempat yang sama. Pasalnya jika dilepas khawatir menimpa orang sekitar. Sementara lahannya pun tidak begitu besar.

Tiba pukul 13.00 WIB, rupanya gasing itu pun belum juga diputar. Padahal saat itu, gasing serta kontruksinya, serta peserta sudah siap mulai memutar gasing tersebut dengan tali. Namun lagi-lagi, kontes yang menampilkan gasing itu masih minim penonton. Sehingga tepat pukul 15.00 WIB barulah gasing yang diklaim merupakan yang terbesar di Indonesia dan dunia itu baru bisa dipertunjukan.

Di TAFISA, Ada Gasing Terbesar di Indonesia DigelarDi TAFISA, Ada Gasing Terbesar di Indonesia Digelar


Putu dkk. dibantu oleh peserta dari Brasil, untuk menarik tali yang sudah dililitkan ke gasing bersama-sama di tengah lapangan parkiran Gondola.

"Gasing besar ini bukan hanya membuat fenomenal di seluruh Indonesia, tetapi lebih dari itu supaya anak-anak ingat soal gasing dan kebetuan ada TAFISA saya pikir ini menjadi momentum yang pas," kata Putu.

Ya, sebagai olahraga tradisional Indonesia gasing memang sedikit banyak sudah terlupakan. Kini, banyak anak memilih bermain game online ketimbang bermain yang melibatkan fisik seperti gasing.

"Coba lihat saja perhatian olahraga masyarakat di cabang tradisional saat ini sudah sangat kurang. Karenanya kami harap melalui TAFISA ini semakin mengingatkan anak-anak dan orang dewa untuk bermain gasing ini," imbuh Putu.

Bicara kenikmatan bermain gasing, kata Putu, di desa Munduk, gasing merupakan permainan tradisional mereka. Setiap dua kali seminggu kompetisi gasing antar desa digelar. Karena itu juga, dia tak perlu khawatir gasing bakal terlupakan. Sebaliknya, di daerahnya gasing menjadi permainan yang cukup penting.

"Bermain gasing tidak hanya mengikat silaturahmi antara teman tetapi permainan ini juga asyik karena waktu yang dipatok bermain tidak menentu. Sebaliknya, semakin lama gasing itu berputar maka semakin bagus."

Di TAFISA, Ada Gasing Terbesar di Indonesia DigelarDi TAFISA, Ada Gasing Terbesar di Indonesia Digelar


Permainan gasing juga semakin asyik karena aturan yang cenderung sederhana. "Tinggal main adu pukul saja sama main lama-lamaan gasing-nya berputar," ujar dia.

Pria berusia 60 tahun ini menambahkan tidak perlu keahlian khusus untuk bermain gasing, sering latihan saja maka seseorang sudah bisa mengaplikasikannya. "Cuma kalau di desa saya itu mungkin karena permainan ini sudah turunan jadi memang dasar gen-nya sudah bisa," katanya.

Selain gasing dari desa Munduk, Bali, gasing dari daerah lain juga diperkenalkan dalam gelaran festival olahraga rekreasi masyarakat dan tradisional ini, misalnya gasing dari Yogyakarta dan gasing dari Bangka Belitung.

"Beda gasing bali dengan gasing dari daerah lain adalah dari bentuknya dan paling lama waktu mutarnya. Kalau dari Bali lebih kepada bentuknya seperti piring terbang, sementara dari daerah lain bentuknya ada yang cekung. Gasing kita itu kalau dimainkan di tanah bisa 15-20 menit. Sementara di papan itu bisa sampai 40 menit," sebutnya.

Sayang permainan gasing sangat sepi peminat. Dari pantauan detikSport, permainan gasing hanya ramai selama 10-15 menit, atau ketika akan diputar menggunakan tali. Setelah itu, para penonton bergeser dan lebih memilih menyaksikan International Street Soccer Championship, yang mempertandingkan Indonesia versus Malaysia.

"Kalau bahasa sederhananya mulai noleh. Baru ke sini buat mainan. Anak-anak ikut main. Tapi harusnya dengan TAFISA ini cukup terwadahi, hanya memang publikasinya saja yang kurang," pungkas Putu.

(mcy/roz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads