Bertempat di Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, festival itu berlangsung bersamaan dengan gelaran TAFISA Games 2016. Permainan yang belum menjadi olahraga mendapatkan space tersendiri.
Tak cuma yang dari Indonesia, beberapa negara lain juga memperkenalkan permainan tradisional khas mereka. Chapel asal Polandia, popinjay shoot dari Belgia, dan permainan hadang menjadi contohnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara sebagai suguhan utama, ada wahana dasa lomba. Ada 10 permainan yang harus dlakoni secara estafet oleh dua tim.
Yang pertama adalah lelom bambu. Itu permainan keseimbangan dengan alas bambu yang diikat dengan tali menjadi yang pertama. Permainan itu dimainkan seperti egrang tapi dengan tinggi cuma beberapa sentimeter.
Rorodaan, permainan mendorong kendaraan beroda tiga mirip mobil-mobilan, menjadi yang kedua. Berikutnya papancakan, permainan melempar bola rotan ke batu yang disusun.
![]() |
Balap sarung dan bedil jepret menjadi dua permainan berikutnya. Babalonan samping, berlari menggunakan sarung diikatkan ke pinggang lalu ujung lainnya diangkat ke atas menjadi menu berikutnya.
Sorodot gaplok, permainan menembak sasaran dengan menendang batu menjadi rintangan berikutnya. Ban-Banan Bambu, permainan menggiring ban dari bambu dengan tongkat harus dilalui peserta berikutnya.
Dua rintangan terakhir memenangi pertandingan ada memutar gasing di atas nampan sambil berlari, dan membidik sasaran dengan sumpit.
Salah satu peserta lomba, Minggu (9/10/2016), ada taruna dari Polteknik Ilmu Kemasyarakatan. Calon-calon penjaga Lembaga Pemasyarakatan itu menang melawan tim wasit.
"Ini buat mengisi waktu di saat akhir pekan. Bosan juga dengan aktivitas yang itu-itu saja di asrama sehari-hari," ujar Agung Tria, salah satu taruna Poltekip kepada detikSport.
Soal pemilihan 10 permainan ini, pendiri Komunitas Hong, Zaini Alif, memberikan penjelasan.
"Kami mencari permainan yang belum menjadi keolahragaan. KOTI merupakan permainan yang sudah menjadi olahraga. Kira-kira yang berpotensi menjadi olahraga apa, dari 2.600 kira-kira yang terpilih ya ini," kata Zaini.
Soal pegelaran TAFISA Games 2016, Zaini memberikan kritik mengenai minimnya sosialisasi. Dalam beberapa hari ini, pengunjung ajang olimpiade-nya olahraga tradisional dan rekreasi ini memang masih tampak sepi.
"Iya mungkin kaitannya dengan promosi. Saya sudah menyediakan wahana yang begitu banyaknya. Tapi, penonton (masih kurang). Mungkin salah satunya itu (pemilihan tempat yang jauh). Pengunjung pasti bilang 'kok tidak tahu sih ada permainan ini?'," ujar pria yang merupakan peneliti permainan tradisional itu.
"Mungkin masalah promosi, masalah intern mereka. Yang penting saya sudah menunjukkan kepada dunia, permainan tradisional kita," tambahnya. (cas/din)