TAFISA Games sejatinya adalah ajang yang disebut-sebut sebagai festival olimpiade-nya olahraga rekreasi dan tradisional sedunia, dengan perhelatan tahun ini melibatkan lebih dari 70 negara saat Indonesia menjadi tuan rumahnya.
Akan tetapi, acara yang secara resmi berlangsung 6-12 Oktober tersebut tetap relatif sepi penonton dan juga tidak terdengar gaungnya. Hal ini pun sebetulnya sudah sempat dikhawatirkan Menpora Imam Nahrawi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu kami akan evaluasi semua penyelenggaraannya, kegiatannya, dan efek dari penyelenggaraan seperti apa," kata Menpora di Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Senin (10/10/2016).
"Bisa jadi ada soal-soal teknis yang memang tidak dipikirkan secara matang oleh penyelenggara sehingga TAFISA tidak begitu nendang di masyarakat. Yang kedua harusnya TAFISA ini menjadi momentum kebangkitan olaharga tradisional tetapi mungkin sosialisasi terbatas sehingga butuh cara yang over maksimal.
"Semestinya kan ke depan harus sama-sama evaluasi dan mengawasi. Seperti TAFISA ini kan langsung ke JATGOC. Harusnya ke depan itu harus ada keterlibatan Kemenpora," bebernya menegaskan.
Lantas apa yang bisa dilakukan Menpora agar kejadian TAFISA tidak terulang di Asian Games? "Yang tahu soal itu sebenarnya INASGOC. Intinya jangan sampai kejadian TAFISA terulang di Asian Games," sebut Menpora.
(mcy/krs)