Boni--sapaan karib Joni Herlan Bonoso--tak ingin polio membatasi geraknya. Tenis meja menjadi hobinya sejak kecil. Dari hobi ternyata aktivitas itu telah membawanya melanglang buana ke negara-negara lain.
"Jadi waktu SD, SMP dan SMA memang sudah hobi (bermain tenis meja). Jadi dulu belum tahu ada perhelatan olahraga untuk kaum difabel," tuturnya kepada detikSport saat ditemui usai pertandingan, di Gymnasium FPOK UPI, Kota bandung, Jawa Barat, Jum'at (21/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski berangkat ke ajang tersebut dengan kepercayaan diri yang rendah, Boni senang bisa berjumpa dengan atlet-atlet difabel lainnya. Ternyata kemampuan main tenis mejanya tak bisa disepelekan.
"Di sana saya baru pertama kali ikut dan bertemu dengan yang senasib dengan saya," kata dia.
Sejak itu mentalnya terdongkrak. Prestasi di Peparnas 2004 membawanya jadi salah satu andalan Indonesia di turnamen internasional.
"Saya juga kaget ternyata banyak yang senasib dengan saya, di Indonesia maupun di luar negeri. Memang saat kecil saya kurang percaya diri tapi saya jalani saja. Saat pertama bertemu disana kita saling bersilahturahmi dengan teman-teman yang lainnya, saling memberikan motivasi satu sama lain," tuturnya.
Boni menilai keterbatasan fisik yang dimilikinya ternyata mampu membela daerah kelahiran dan negaranya.
"Dari tahun 2004 sampai sekarang 2016 selalu ikut event olahraga, mau nasional atau internasional. Kalau mewakili Indonesia pernah saya ikuti di Taiwan, Yordania, Para SEA Games Myanmar tahun 2013, terus yang di Singapura tahun 2015 kemarin dapat perak," terangnya.
Dari tenis meja pula, pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil didapatkan Boni. Pria yang berusia 35 tahun itumenjadi pegawai di Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
"Jadi saya waktu itu ngelamar dan beberapa catatan prestasi saya berikan ke pemerintah provinsi," ucap ayah dari dua orang anak ini.
Di Pepernas tahun ini Boni bertanding di kelas TT 7 untuk nomor tunggal, ganda dan beregu. Selama bertanding kaki sebelah kirinya harus menggunakan penyangga besi untuk membantu aktifitas sehari-harinya, termasuk saat bertanding. Tidak ada kesulitan untuk dirinya bermain tenis meja.
"Kesulitan selama bermain tenis meja tidak ada kesulitan. Setiap hari saya latihan fisik dan teknik juga," lanjutnya.
"Meskipun fisik terbatas tapi orang tua dulu selalu mendorong saya untuk terus semangat menjalani hidup. Dengan kondisi seperti ini saya masih bisa bermain tenis meja," tutupnya.
(fem/fem)