Penggunaan hijab dalam turnamen internasional masih menjadi pro kontra pada perhelatan beberapa cabang olahraga. Namun, dalam perjalanannya atlet-atlet putri ini telah membuktikan hijab bukan penghalang untuk berprestasi.
Bahkan, sebagian dari mereka membuktikan mampu membuktikan kesetaraan perempuan dan para pria lewat hijab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sendirian ada sederet atlet putri berhijab lain yang berhasil membetot perhatian dunia sepanjang tahun 2016. Mereka adalah Shirin Gerami, Doaa Elghobashy, Kubra Dagil, Rahaf Khatib, Rahaf Khatib, Sarah Attar, dan Kariman Abuljadayel.
1. Ibtihaj Muhammad
Foto: Ist.
|
Ibtihaj meraih medali perunggu dari nomor sabel beregu putri dari Olimpaide 2016. Dia tampil bersama-sama dengan Monica Aksamit, Dagmara Wozniak, dan Mariel Zagunis. Pada perebutan tempat ketiga, mereka mengalahkan Italia.
Ibtihaj sekaligus tercatat sebagai atlet AS pertama yang tampil di Olimpiade mengenakan hijab. Dia bergabung dengan timnas anggar AS sejak 2020. Kini, atlet yang punya tinggi badan 170cm itu menjadi atlet anggar terbaik nomor dua AS dan delapan dunia.
Selain di Olimpiade, Ibtijad juga menyumbangkan sederet medali untuk AS. Salah satunya meraih medali emas dari Kejuaraan Dunia Anggar 2014 di KAzan juga dari nomor sabel beregu.
"Aku berada di Olimpiade untuk Amerika Serikat. Ras, agama, dan jenis kelamin tidak akan menghalangi kita untuk meraih mimpi kita," ujar Ibtihaj kala itu.
2. Shirin Gerami
Foto: Ist.
|
Ikut sertanya Gerami dalam ajang internasional triathlon itu mendapatkan perhatian dunia bukan semata-mata saat dia tampil pada hari perlombaan. Tapi proses yang dilalui Gerami telah menuai perhatian.
Gerami memang menetap di Inggris. Namun, sebelumnya Iran tak memperbolehkan para atlet putrinya untuk tampil dalam ajang internasional triathlon dan renang.
Nah agar tak ingin menyalahi aturan negara asalnya, Gerami minta izin untuk tampil di ajang Ironman World Champion tahun ini. Itu dilakukannya setelah panitia menyetujui permintaan ganti atau mengenakan kostum tambahan pada nomor lari dan balap sepeda.
Dalam prosesnya, dia mendapatkan izin ari kementerian pemuda dan olahraga Iran untuk tampi di ajang tersebut. Bahkan, keikutasertaannya dipresiasi Presiden Iran, Hassan Rouhani, lewat akun twitter.
"Shirin Gerami, atlet triatlon pertama yang berpartisipasi dalam kejuaraan dunia dengan mengenakan kostum yang sangat Iran #GenderEquality."
Tampilnya Gerami itu pun dianggap sebagai momen kebebasan atlet putri Iran untuk tampil di ajang triathlon dan renang internasional.
3. Doaa Elghobashy
Foto: Getty Images
|
Jika atlet voli pantai jamak mengenakan bikini two pieces, tidak dengan Elgobashy. Dia mengenakan T-shirt lengan panjang, legging semata kaki, dan hijab dalam turnamen-turnamen voli pantai.
Termasuk kala tampil dalam laga pembuka voli pantai putri Grup D Olimpiade 2016 di Pantai Copacobana, Rio De Janeiro, Brasil, Ahad (7/8/2016) itu. Berpasangan dengan Nada Meawad, Elghosaby memang harus tunduk dari duo Jerman Kira Walkenhorst/Laura Ludwig dengan skor 0-2 (12-21, 15-21), namun penampilannya telah menjadi 'juara' di media sosial.
Penampilan Elgobashy menjadi viral lewat foto bidikan fotografer Reuters Lucy Nicholson. Elghobashy yang berpakaian tertutup berhadap-hadapan dengan Walkenhorst yang mengenakan bikini.
Foto itu menjadi perbincangan karena seolah menjadi bukti kalau lewat olahraga dua keyakinan, dua pakaian, dan dua budaya bisa bersatu.
"Hijabku tidak menghalangiku melakukan hal-hal yang aku sukai dan voli pantai adalah salah satunya," ujar wanita berusia 19 tahun itu.
4. Kubra Dagli
Foto: Instagram
|
Rupanya ada perbedaan pendapat soal memakai hijab di Turki. Seperti diberitakan media al-Monitor, sebagian masyarakat Turki menganggap wajar perempuan yang memakai hijab. Namun ada kalangan yang berpendapat hijab sebagai lambang keterbelakangan.
"Mengapa kamu menutup kepala, sementara kakimu terbuka pada setiap posisi. Kamu bisa melakukannya dengan kepala terbuka pula. Cara itu tentu akan bermasalah, semoga Allah memberikan akal sehat. " Begitulah salah satu kritik yang muncul setelah Dagli menjadi pemberitaan atas prestasi sebagai juara dunia.
Malah ada yang menyarankan agar Dagli tinggal di rumah dan lebih baik jika menjadi juara baca Al Aquran.
Dagli menanggapinya dengan santai. Dia menganggap kritik itu tak mengganggunya.
"Mereka tidak bicara tentang kesuksesan saya, tapi soal hijab saya. Saya tidak ingin seperti ini. Kesuksesan kami ini harus disampaikan. Kami telah bekerja keras, kami membuat negara dan tim kami menjadi juara dunia. Inilah kebanggaan kami," kata Dagli.
5. Rahaf Khatib
Foto: Women's Running
|
Warga Amerika Serikat yang migrasi dari Syria tersebut mengaku mulai suka berlari karena bosan nge-gym pada 2012. Sejak itu, Rahaf juga senang berpartisipasi dalam marathon dan sudah mengikutinya sebanyak enam kali.
"Aku berlari dengan jiwa dan hatiku. Itu memberiku dorongan energi, bukan hanya secara fisik tetapi juga spiritual, ujarnya.
Menjadi hijabi pertama yang tampil di sampul majalah fitness tentu adalah sebuah kebanggaan bagi Rahaf. Apalagi dirinya bukanlah seorang model, selebriti, atau orang terkenal namun ibu rumah tangga.
"Untuk seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak, dan pelari biasa saja (tapi sangat giat) yang punya tujuan, ini sangat berarti untukku. Ini sesuatu yang bisa aku tunjukkan ke anak-anak di masa depan, komunitasku, dan yang paling penting orangtuaku. Ini berarti keringat, air mata, dan latihan selama ini sepadan," kata Rahaf.
6. Sarah Attar
Foto: Ist.
|
Olimpiade Rio de Janeiro 2016 menjadi pengalaman kedua Attar, 23 tahun. Dengna hijab dan tampil di atas trek lari jarak jauh, Attar membetot perhatian dunia.
Padahal itu bukan penampilan pertamanya di Olimpiade. Dia pernah membuat sejarah dengan menjadi hijabers pertama asal Arab Saudi yang bersaing di Olimpiade 2012. Dia bisa tampil di Olimpiade setelah Saudi Olympic Committee mencabut larangan wanita terjun ke pertandingan olahraga.
Di 2016, Attar kembali dipercaya mewakili Arab Saudi. Perempuan yang tinggal di Amerika Serikat itu memiliki misi ingin menginspirasi perempuan Arab lainnya agar terjun ke dunia olahraga. Attar mengaku bangga bisa kembali dipercaya mewakili Arab Saudi di Olimpiade. Meski tidak meraih medali pada Olimpiade 2016, Attar tetap senang karena bisa bertemu dengan atlet lain dari berbagai negara.
"Kita saling berbagi saran satu sama lain bagaimana menjadi pelari yang baik," ujarnya.
7. Kariman Abuljadayel
Foto: Johannes EISELE / AFP
|
Ketika bertanding di Olimpiade 2016, perwakilan dari Arab Saudi itu memang tidak berhasil membawa pulang medali. Ia harus puas hanya sampai peringkat 23 dengan hasil akhir 14,6 detik.
Namun wanita 22 tahun ini menjadi sorotan dan menuai banyak pujian dari netizen karena aksinya dalam pertandingan olahraga dunia tersebut. Banyak pengguna sosial yang memberikan pujian serta dukungan mereka kepada Kariman.