Binaragawan Ini Bersikukuh Tidak Gunakan Doping di PON Jabar

Binaragawan Ini Bersikukuh Tidak Gunakan Doping di PON Jabar

Mercy Raya - Sport
Jumat, 17 Feb 2017 20:10 WIB
Foto: Mercy Raya/detikSport
Jakarta - Binaragawan asal Bengkulu I Ketut Gede Arnawa bersikukuh tidak mengonsumsi doping saat tampil pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jawa Barat. Dia mengenal semua jenis obat yang dikonsumsinya.

Ketut menjadi satu dari 14 atlet yang dinyatakan gagal menjalani tes doping pada PON dan Pekan Paralimpik Nasional 2016 Jabar. Ketut menjalani sidang dengar pendapat dengan Dewan Disiplin Antidoping pada Jumat (17/2/2017) di Kantor PP Itkon, Senayan, Jakarta.

Peraih perak PON 2016 itu didakwa mengonsumsi obat yang mengandung zat epitrenbolone setelah hasil sampel A keluar dari The National Dope testing Laboratory (NDTL) di New Delhi, India, beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dalam persidangan, Ketut bersikukuh tidak memakai doping. Ketut mengatakan kalau dia bukan orang baru di olahraga binaraga.

"Saya sudah 20 tahun turun di binaraga. Saya juga sebagai brand ambassador (duta) suplemen, tentu saya sudah mempelajari semua jenis suplemen yang saya asup," kata Ketut dalam pembelaannya.

Ketut menunjukkan bukti dengan membawa tujuh jenis obat atau suplemen saat sidang. Sekaligus menyebutkan lima jenis obat yang biasa dikonsumsi dia saat tanding. Namun, Ketut tak membawa serta lima obat itu.

"Buat apa saya berprestasi tetapi ternyata mengonsumsi obat yang justru mengakibatkan penyakit. Kalau saya terindifikasi doping, saya ragu," bantah dia.

Pelatih Ketut, Irwan Alwi, membela anak asuhnya. Sejak mengenal Ketut pada PON 2008 Kaltim dia-lah yang menyuplai nutrisi kepada Ketut.

"Makanya ketika dia terseret doping, kami pun tentu penasaran. Kalau memang dia mengkonsumsi doping saya justru heran. Tujuannya buat apa?" tanya Irwan.

"Apalagi Ketut ini brand ambassador ultimate nutrition yang memang sudah diakui BPOM RI dan dinas kesehatan," tambah dia.

Selain itu, tambah Irwan, Ketut mendapat medali perak karena memang dia menargetkan dan kebetulan lawannya sudah berusia sehingga peluangnya lebih besar.

"Saya juga periksa dia selama pelatnas di Bali. Saya tidak melihat ada bekas pakai injeksi atau apa. Saya juga tahu apa saja yang dikonsumsi dia. Kami tidak yakin Ketut pakai doping dengan sengaja karena sejauh ini dia selalu top three (tiga besar) di PON. Kalau selalu di posisi baik tidak ada alasan pakai doping."

Jika hasil keputusan sidang sudah keluar, Ketut berencana mengajukan banding. Dia juga berencana untuk membuka sampel B untuk membuktikan dirinya tidak bersalah.

Menurut Ketua Dewan Disiplin, Cahyo Adi, menyebut kalau upaya banding bisa dilakukan seorang atlet tapi tidak untuk pembukaan sampel B. Sebab, batas waktu pengajuan sampel kedua sudah lewat batas waktu.

"Boleh saja atlet menyangkal dia tidak memakai doping tetapi bukti hasil laboratorium adalah hasil paling objektif dan tidak terbantahkan. Jadi kalau tidak setuju dengan hasil keputusan misalnya, ya bisa ajukan banding. Tetapi kalau buka sampel B itu tidak bisa lagi, batas waktunya sudah lewat," kata Cahyo.

"Bisa saja. Apalagi jika mengaku sebelum hasil laboratorium keluar tentu akan sangat meringankan. Atau misalnya saya disuruh minum obat ini oleh siapa, itu memberikan keringanan sekali," ujar Cahyo.

"Makanya sebenarnya tujuan dari sidang hearing ini jugaa untuk mengetahui sebenarnya dari mana sumber doping yaang atlet asup ini," ujar dia.


(mcy/fem)

Hide Ads