Adyos hadir dalam sidang dengar pendapat doping pada Jumat (17/2/2017) di GedunG PP Itkon, Senayan, Jakarta. Adyos datang menggunakan kursi roda. Dia didampingi pelatihnya, Rima Ferdianto.
Adyos gagal menjalani tes doping setelah ditemukan zat methyprednisalone dan glucocorticosteroid dalam urinenya. Zat tersebut diduga terdapat dalam obat Mesol yang diminum demi menyembuhkan alergi rhinitis atau radang selaput hidung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alergi saya memang suka kambuh ketika udara dingin atau berganti cuaca atau kondisi. Makanya ketika sampai di Bandung, sekitar 14 Oktober saya konsumsi obat flu itu. Rupanya saat tes doping 17 Oktober dan sampelnya di bawa ke India, saya disebut pakai doping," tambahnya.
Adyos menyesalkan dirinya bisa terlibat, meski tidak sengaja dilakukannya. Apalagi obat flu yang diminumnya sudah biasa ia gunakan. Ia juga mengaku takut dan khawatir karena akan berdampak pada karirnya sebagai atlet tenis meja.
"Awalnya sempat sedikit nge-down pas terima surat dari Dewan Disiplin karena siapa yang mau seperti ini. Tetapi saya serahkan keputusan sanksi kepada Dewan Disiplin. Semoga saya bisa dibebaskan dari sanksi dan kasus saya bisa menjadi pelajaran untuk olahragawan lain supaya berhati-hati," ujar Adyos
Atlet kelahiran 1 Januari 1968 itu bisa bebas dari tuduhan doping yang menjeratnya, namun karena sejak awal tidak meminta Therapeutic Use Exemption (TUE) dari dokter, yang merupakan surat pengecualian untuk mengkonsumsi obat, Adyos harus tetap menjalani sidang doping.
Pelatihnya, Rima Ferdianto, membenarkan minimnya informasi TUE yang diterima oleh mereka. Mereka menilai LADI minim sosialisasi. Apalagi, penerapan tes doping bagi atlet Peparnas baru diberlakukan pada tahun ini atas kebijakan dari Badan Antidoping Dunia (WADA) agar ada kesetaraan dengan atlet normal.
"Jadi sebenarnya kelalaian bukan dari National Parilympic Committee (NPC), tetapi proses sosialisasi yang minim dan hanya sampai ke PB PON sehingga tidak sampai ke masing-masing cabor peparnas," kata Rima.
"Tapi saya sebagai kepala pelatnas ingin memberitahukan, bahwa bang Adyos tidak mungkin mengkonsumsi zat Methylprednisolone hanya untuk mendapatkan emas. Saya tahu, karena saya sudah menangani dia dari 2014. Untuk medali emas, dia tidak butuh apa-apa. Jadi sampai Adyos membutuhkan suplemen untuk dapat emas sangat tidak logis. Ini murni kelalaian, ketidaktahuan bagi Adyos dan jadi pelajaran bagi kita semua ke depannya," ucap dia.
(mcy/fem)