Tersangkut Doping Peparnas, Atlet Peringkat 20 Dunia Ini Diskorsing 6 Bulan

Tersangkut Doping Peparnas, Atlet Peringkat 20 Dunia Ini Diskorsing 6 Bulan

Mercy Raya - Sport
Selasa, 14 Mar 2017 15:52 WIB
Foto: Mercy Raya/detikSport
Jakarta - Atlet tenis meja Pekan Paralimpiade Olahraga (Peparnas), Adyos Astan, tak akan tampil dalam turnamen resmi hingga enam bulan ke depan. Dia kecewa.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi memang belum mengumumkan sanksi terhadap enam atlet positif doping yang telah menjalani sidang dengar pendapat. Namun, para atlet telah mengetahui masa hukuman lewat surat yang dikirimkan oleh Dewan Disiplin Antidoping.

Salah satu atlet yang sudah menerima surat tersebut adalah Adyos. Atlet asal Maluku itu mendapatkan sanksi larangan tampil dalam kegiatan olahraga selama enam bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adyos campur aduk merespons sanksi itu. Dia sekaligus berharap pemegang kebijakan menyampaikan informasi tentang doping lebih detail.

"Sebenarnya mengecewakan juga menggembirakan. Kecewa karena saya mendapat sanksi skorsing selama enam bulan. Padahal, harapannya hanya dapat sanksi peringatan dan sejenisnya. Karena ini pertama kali dilaksanakan di Peparnas dan sosialisasi ke kami atet Peparnas juga tidak ada. Selain itu, pada surat keputusan itu juga tidak ada hal-hal yang memberatkan, jadi kenapa harus tetap disanksi," sesa Adyos ketika dihubungi detikSport pada Senin (14/3/2017).

"Ya cukup gembira karena hukuman tidak lebih dari satu tahun. Karena kalau lebih mungkin saya sudah pensiun," tambahnya.

Adyos tak akan mengajukan banding. Dia akan menjalani hukuman itu dengan legawa.

"Kalau saya hitung dengan mengajukan banding pasti menunggu waktu lagi. Eksekusi hukumannya pun begitu akan dihitung dari awal lagi, itu malah buang waktu. Makanya, lebih baik terima saja. Apalagi, ke depan rencana saya ingin ikut Paragames di Malaysia September 2017. Kalau banding, ada kemungkinan hukuman mundur," katanya.

"Jadi lebih baik terima sekaligus memberi saran kepada pemerintah. Artinya, ke depan harus ada sosialisasi terutama atlet Peparnas. Menurut saya harus ada aturan baku tidak hanya buku panduan. Pemerintah juga harus menyediakan dokter. Jadi kita nyaman. Sekarang kita jalan sendiri, tidak ada apa-apa lalu kena sanksi. Sosialisasi juga tidak ada," sesal atlet Peparnas rangking 20 dunia itu.

"Biarlah saya jadi contoh walau agak berat saya terima. Tapi paling tidak atlet lain bisa lebih hati-hati. Sementara untuk pemerintah dan LADI lebih banyak sosialisasi tidak hanya ke atlet PON tetapi Peparnas juga, karena selama ini tidak ada," harapnya.


(mcy/fem)

Hide Ads