Enam Gunung Tertinggi Dunia Sudah Didaki Fransisca dan Matilda, Selanjutnya: Everest

Enam Gunung Tertinggi Dunia Sudah Didaki Fransisca dan Matilda, Selanjutnya: Everest

Mercy Raya - Sport
Selasa, 25 Jul 2017 11:59 WIB
Fransisca Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, pendaki seven summits dari Indonesia (Mercy Raya/detikSport)
Jakarta - Fransisca Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari sudah mendaki enam dati tujuh puncak tertinggi di enam benua. Satu terakhir yang menanti ditaklukkan adalah Gunung Everest.

Fransisca dan Mathilda adalah mahasiswa dari tim The Women Of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU). Mereka baru kembali dari menaklukkan puncak Gunung Denali, Alaska, Amerika Utara, pada awal Juli lalu. Kepergian mereka dalam rangka melakukan ekspedisi tujuh puncak tertinggi di dunia.

"Kami cukup terharu karena melihat dari perjalanan kami ke belakang bisa melewatinya dengan Puji Tuhan lancar, dan relatif lebih baik dari grup-grup sebelumnya. Jadi perasaannya campur aduk dan tidak menyangka saja sih," kata Mathilda, saat di temui di Hotel Atlet Century, Senayan, Senin (24/7/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum ke gunung Denali, The Women Of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU), sudah melewati lima puncak gunung sejak rmemulai 2014 lalu. Lima puncak gunung itu adalah Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl), pada 13 Agustus 2014 dan Gunung Elbrus (5.642 mdpl) pada 15 Mei 2015. Kemudian Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl) pada 24 Mei 2015, Gunung Aconcagua (6.962 mdpl) pada 30 Januari 2016, dan Gunung Vinson Massif (4.892 mdpl) 5 Januari 2017.

"Seven Summits itu memang belum umum di Indonesia. Waktu itu, Seven Summits pertama itu ada dari Mahitala 4 orang, kemudian disusul lagi empat orang sehingga total delapan. Tetapi delapannya ini belum ada perempuan. Kami jalan dan sempat ada kerjasama dengan Freepot karena sebelumnya sempat ada ekspedisi di Papua sana untuk ganti tali di gunung Cartenz Papua. Dari situ kami menawarkan untuk mengganti tali di sana. Mereka terima dan kami masuk," cerita Fransisca, mengawali ekspedisinya.

"Setelah itu, oke kita sudah sampai di puncak tertinggi dunia dan satu dari summits of the world. Jadi teruskan saja dan belum ada yang perempuan. Jadi bermula dari sana," tambahnya.

Everest Menanti Ditaklukkan Fransisca dan MatildaFoto: Mercy Raya/detikSport


Dikatakan dia, awalnya pun, The Women Of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU) ini terdiri dari empat orang. Namun, dua di antaranya mundur dengan pertimbangan berbeda. Peserta pertama karena harus menyelesaikan pendidikan, sementara satu lainnya gugur di perjalanan gunung keempat Aconcagua karena sakit, sampai kemudian hanya menyisakan mereka berdua.

"Dari open recruitment itu terseleksi empat orang. Tapi setelah Curtenz Pyramid salah satu harus mundur karena punya masalah keluarga sehingga harus lulus cepat jadi mengundurkan diri. Kemudian, kami jalan bertiga sampai gunung keempat, salah satu teman kami mengalami jatuh sakit dan lumayan parah. Badannya tidak bisa lagi untuk kondisi ekstrem, akhirnya kami lanjut lagi berdua."

Bukan hal mudah bagi mereka untuk menjalani ekspedisi tersebut. Di mulai dari faktor persiapan hingga masalah season dan sponsor menjadi hal yang juga mempengaruhi kesiapan mereka ketika mendaki.

"Awalnya malah goal kami dua tahun. Tapi mundur karena faktor tidak hanya persiapan kami saja, melainkan season-nya, dan yang sponsor serta dananya. Kalau tidak ada sponsor kami tidak bisa jalan, dan kalau sudah kelewat seasonnya maka kami mesti tunggu di season selanjutnya. BRI sendiri baru gabung digunung kelima sebagai sponsor utama, seperti akomodasi, pendakian, alat, semuanya," kata dia.

Setelah lima gunung, Fransisca dan Mathilda ditunggu misi terakhir yaitu mendaki puncak gunung Everest. Soal itu, Fransisca mengungkapkan akan memulai ekspedisinya pada Maret 2018.

[Baca Juga: Dua Mahasiswi Unpar 'Taklukkan' Gunung Tertinggi di 6 Benua]

"Untuk saat ini kami akan istirahat terlebih dahulu karena baru saja selesai dari Gunung Denali. Kami akan memulai persiapan kembali pada November 2017," kata perempuan kelahiran 1993 ini.

Di mana persiapan sendiri akan memakan waktu lima bulan, termasuk beradaptasi di tempat pendakian gunung Everest. "Biasanya yang lama adalah persiapan operasionalnya. Setidaknya kami membutuhkan tiga bulan beradaptasi. Ini gunung tertinggi sehingga tubuh harus beradaptasi. Tapi kalau untuk pendakian ke puncak hanya lima hari," katanya.

"Selain latihan fisik kami juga mengasah mental. Kami juga akan mencari tahu tentang gunung Everest itu sendiri, dari tantangannya, apa yang harus kami tambahi dari gunung-gunung sebelumnya. Semoga berbekal dari sebelumnya itu membangun mental kami untuk menghadapi Everest. Tetap ini adalah salah satu hal yang terbesar dan membuat kami gugup sekaligus antusias," ungkap Mathilda. (mcy/din)

Hide Ads