Setelah 56 tahun, Indonesia kembali menjadi tuan rumah Asian Games. Tinggal satu tahun waktu yang tersisa untuk menyambut delegasi negara-negara se-Asia.
Hitung mundur menuju Asian Games 2018 Jakarta dan Palembang itu akan digelar Jumat (18/8/2017) di Monas dan Benteng Kuto Besak. Sebuah pesta awal untuk menyalakan api gairah menuju pesta olahraga negara-negara Asia empat tahunan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana Presiden RI pertama, Soekarno, begitu bergairah menyiapkan Jakarta yang belum memiliki apa-apa menjadi tuan rumah Asian Games. Bukan hanya belum memiliki kompleks olahraga untuk mengeglar multiajang, tapi Indoensia bahkan belum memiliki jalan-jalan lebar, hotel modern, dan stasiun televisi.
Bung Karno dengan ide dan semangat membaranya pun membangun sebuah kompleks olahraga di Senayan. Lokasi itu dipilihnya sendiri.
Selain Stadion Utama dengan kapasitas 100 ribu penonton, GBK juga dilengkapi dengan gedung basket berkapasitas 3.500 penonton, Istana Olahraga (Istora) yang merupakan gedung olahraga dengan kapasitas 10 ribu penonton, stadion renang, stadion madya, dan stadion tenis indoor.
Kemudian dibangun gedung-gedung olahraga di sekitar kompleks tersebut sesuai dengan cabang olahraga pada Asian Games 1962. Di antaranya, lapangan voli dan lapangan tenis terbuka. kemudian ditambah dengan perkampungan atlet berupa tiga wisma atlet yang juga ada di Senayan.
Waktu itu, Senayan belum menjadi pusat kota seperti saat ini.
Perubahan wajah Senayan dari perkampungan menjadi kompleks olahraga paling modern pada zaman itu digambarkan dengan sangat detail dalam buku 'Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno' terbitan 2005.
"Perjalanan Presiden Soekarno dan tamu negara serta diiringi para menteri berikut perwakilan korps diplomatik di Jakarta menuju ke tempat upacara sore itu agak tersendat. Rombongan harus menempuh jalan kecil berliku-liku, sebagian masih rusak karena mereka terpaksa melalui bekas perkampungan Senayan yang baru saja digusur dan diubah menjadi pusat kegiatan olahraga."
Peninjauan itu dilakukan 21 Juli 1962 pada peresmian Stadion Utama di Senayan sekaligus acara gladi bersih upacara pembukaan Asian Games.
Wisma atlet yang cuma berjarak lima menit jalankaki dari SU GBK Foto: repro dari GBK ke GBK |
Tak hanya di Senayan disulap menjadi sebuah kompleks olahraga modern, Jakarta bagian lainnya dipoles menjadi sebuah kota metropolitan dengan listrik dan air yang melimpah.
Dari ebrbagai referensi menyebutkan, waktu itu Bung Karno menyimpan hasrat agar Asian Games tak hanya menghidupkan gairah olahraga Indonesia, tapi perubahan kota dan kebudayaannya.
Siapa tahu, dengan mengingat gairah dan semangat Bung Karno menyambut Asian Games 1962, Presiden Jokowi, wakil Presiden Jusuf Kalla, menpora Imam Nahrawi, Ketua INASGOC Erick Thohir dan masyarakat Indonesia juga semakin antusias menyiapkan diri menyambut tamu dari negara-negara Asia nanti. Siapa tahu Jakarta dan Palembang bakal menjadi kota megapolitan dengan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018 dan menjadi lebih kekinian.
Menarik bukan untuk melongok Senayan dengan Bung Karno, dan Asian Games 1962-nya?
(fem/din)












































Wisma atlet yang cuma berjarak lima menit jalankaki dari SU GBK Foto: repro dari GBK ke GBK