Satlak Prima Akui Tak Tahu Kekuatan Lawan di SEA Games 2017

Satlak Prima Akui Tak Tahu Kekuatan Lawan di SEA Games 2017

Mercy Raya - Sport
Kamis, 31 Agu 2017 13:59 WIB
Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto
Jakarta - Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) mengakui tak memahami kekuatan lawan di SEA Games 2017 Kuala Lumpur. Mereka juga teledor yang menggeber potensi besar yang dimiliki atlet sendiri.

Satlak Prima menargetkan kontingen Merah Putih bisa mencapai target 55 medali emas di SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia. Tapi Indonesia hanya mampu mengumppulkan 38 keping medali emas. Capaian itu menjadi yang terburuk sepanjang sejarah Indonesia mengikuti pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara.

Satlak Prima sempat berdalih faktor nonteknis, dengan sikap Malaysia terhadap kontingen Indonesia, menjadi faktor kegagalan Merah Putih. Khususnya, di cabang-cabang yang penilaiannya subyektif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi, jika disimak, target medali emas juga meleset dari cabang terukur. Di antaranya balap sepeda dan atletik. Hingga bulan Mei, balap sepeda dipatok target delapan emas sedangkan atletik diharapkan menyumbangkan sembilan medali emas. Namun, saat tampil di Kuala Lumpur, balap sepeda hanya mampu menyumbangkan dua emas sedangkan atletik menyerahkan lima medali emas.

"Balap sepeda itu (kami) menargetkan enam medali emas bukannya delapan medali emas. Dua dari cabang BMX dan itu berhasil, satu dari road, sisanya dari track. Soal itu, saya betul-betul akui pada penetapan target kami tidak mengetahui kekuatan lawan, hanya mengukur kekuatan diri sendiri," kata Soetjipto dalam konferensi pers di Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Kamis (31/8/2017).

Selama persiapan SEA Games 2017, Satlak Prima dan pemerintah memang terlihat tak memiliki patokan rinci medali emas yang diinginkan. Bahkan mereka sempat mengubah target medali pada pekan menjelang keberangkatan.

Tjipto, panggilan akrab Achmad Soetjipto, terkejut dengan penampilan lawan-lawan yang di luar perhitungannya. Dua tak menyangka bakal ada kejutan dari negara-negara Asia Tenggara, termasuk tuan rumah Malaysia.

"Kami hanya coba membandingkan dengan rekor SEA Games dulu, wah jago, bagus. Begitu ketemu di lapangan ada kejutan bahwa Malaysia jauh lebih hebat. Itu kami akui. Tapi apakah itu gagal? Saya kira bukan kegagalan, itu struggle. Setiap kekalahan kami anggap sebagai sukses yang tertunda," kata mantan kepala Staf TNI Angkatan Laut itu.

Dikatakan Soetjipto, Satlak Prima sejatinya telah berkoordinasi dengan pengurus-pengurus cabang soal target. Bahkan untuk menghitung komposisi atlet yang diproyeksikan, timnya telah menerapkan sejumlah hal. Pertama menghitung fisik si atlet, mentalnya, kemudian hasil kompetisinya dalam periode tersebut, lalu cederanya. Sementara yang terakhir adalah pembanding.

"Nah soal tolok ukur ini lah yang sulit, sehingga kami selalu menggunakan benchmarking dari media, untuk record musuh yang dulu. Padahal harusnya apple to apple, itu yang tidak bisa dilakukan.

"Ya, kami akui jika (selama ini) belum banyak menggali sumber-sumber informasi perfoma atlet. Tapi kami punya alasan juga. Pertama lawan sangat tertutup, kedua karena media mereka sangat tertutup. Sementara koran-koran kita lebih terbuka. Tapi jangan salahkan PB, itu tanggung jawab Satlak," ucap dia.

Sebelumnya, pemerhati olahraga, Djoko Pekik, juga menilai kalau Satlak Prima tak memiliki prioritas kerja. Satlak Prima telah abai untuk mengoptimalkan potensi atlet Indonesia sebelum menuju SEA Games. Djoko juga menyebut keteledoran ketidakmampuan Satlak Prima memetakan kekuatan itu disebabkan tidak adanya komunikasi dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) setelah kegagalan dari SEA Games 2015.

(mcy/fem)

Hide Ads