Ketua Umum PB Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI), Raja Sapta Oktohari, bertekad tak mengulang melesetnya hasil SEA Games 2017. Dipatok target delapan emas, balap sepeda hanya mampu menyumbangkan dua medali emas untuk kontingen Indonesia.
Apalagi, Asian Games 2018 sudah di depan mata. Pengalaman pahit itu membuat PB ISSI meminta agar sektor lain juga tak mengulang kesalahan yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira apa yang terjadi saat ini seperti membangunkan raksasa tidur. Raksasanya siapa? Indonesia. Lalu yang tidur siapa ? Kementerian dan lembaga. Selama ini orang hanya tahu bahwa prestasi olahraga itu adanya di Kemenpora dan ukurannya medali. Begitu sekarang tidak dapat medali, semua pada ramai," Okto menambahkan.
"Tapi orang lupa, ini semua harus ada sinergitas kementerian dan lembaga. Nah, kami (balap sepeda) berapa kali gagal uji coba. Karena apa? Tidak sempat dapat izin dari Setneg. Oh Setneg bilang, sudah ada mekanismenya, betul. Tapi itu jika sistemnya jalan. Jika tidak? apakah kita saling menyalahkan," tutur dia.
"Pertanyaannya sekarang itu adalah Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games. Apakah ajang itu akan menjadi kegiatannya Indonesia diinjak-injak oleh negara lain. Kan kita tidak mau. Makanya, yang lain harus bangun. Sementara, Kemenpora fungsinya ibarat jam weker membangunkan mereka semua, dengan melakukan koordinasi lintas lembaga dan kementerian," jelas dia.
Jadi intinya, kata dia, apapun risikonya, yang paling penting adalah komitmennya menjuarai setiap pertandingan dulu.
"Kita bakar dulu semangat bangsa Indonesia. Jangan sampai Indonesia punya budaya baru, budaya pelit. Jangankan minta duit, kita minta tepok tangan saja tidak mau. Ini fakta loh. Jangan sampai ajang Asain Games ini jadi merugikan kita karena kita sudah keluar tenaga, sudah keluar uang, perhatian, tapi momentum Asian Games-nya tidak dapat apa-apa," ujar dia.
Bos Mahkota Promotion ini juga menilai dengan waktu yang menyisakan satu tahun sebelum multievent negara-negara se-Asia itu digelar, Indonesia punya momentum tepat untuk menyuarakan prestasi Indonesia jadi nasional interest.
"Semua harus menjadi kepentingan seluruh stakeholder baik itu Setneg, Bapennas, maupun Kemenkeu, Bea cukai, semua lemaga yang ada di Indonesua, yang utamanya Kemenpora untuk memberi peran aktif," ucap dia.
(mcy/fem)











































