Indonesia dinilai terlalu boros dengan memberangkatkan 533 atlet ditambah 106 dari cabang olahraga mandiri tapi hanya mampu membawa pulang 38 medali emas. Minimnya jumlah emas itu sekaligus yang terburuk sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia di SEA Games.
Umar menyebut sistem keolahragaan Indonesia harus segera dibenahi agar tercipta sistem ideal. Itu dimulai dari kemampuan pengurus besar/pengurus pusat dalam memilih atlet sampai dengan Satlak Prima yang mumpuni. Menpora diminta lebih tegas. Sebab, ujian sudah sangat dekat dengan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain itu harus ada wadah khusus yang menangani persiapan atlet. Dulu Pak Wismoyo (Arismunandar, ketua KONI 1999-2003) menjadikan KONI sebagai pusat penggodokan atlet pelatnas, sejak persiapan sampai pertandingan. Kalau Menpora Imam saat ini menunjuk Satlak Prima ya jangan semua ikut ngurusin. Jadi tidak jelas arah dan tujuannya," kata Umar.
"Jangan setelah gagal semua menyalahkan Satlak Prima. Coba ditelisik apakah PB sudah benar memilih atlet. Jujurkah atau ada kepentingan saat pilih atlet. Di sisi lain, pemerintah harus berani tegas dan segera memutuskan tim khusus mana yang menangani itu semua. Pengawasan dari pemerintah harus tetap berjalan," ujar dia.
"Kalau sistem itu sudah jalan, saya yakin prestasi olahraga akan membaik dan akan kian membaik nantinya. Tapi, kalau masing-masing pihak masih memikirkan ego dan kepentingan, sampai kapanpun Indonesia akan ribut terus," ujar dia.
(fem/krs)