Hal itu diungkapkan langsung oleh anggota Komisi X, Yayuk Basuki, yang juga mantan atlet nasional cabang tenis. Dia mengatakan prestasi olahraga Indonesia dalam kondisi darurat. Hal ini tak lepas dari hasil buruk Indonesia di SEA Games 2017 Kuala Lumpur. Indonesia hanya meraih 38 medali emas, jauh lebih kecil dari jumlah emas yang dipatok pemerintah 55 medali emas.
"Kalau mau jujur coba lihat curriculum vitae para pengurus PB cabor, KONI, KOI, Satlak Prima dan Panpel Asian Games, banyak diantara mereka bukan orang yang berkompeten untuk membesarkan prestasi olahraga Indonesia, jadi jangan heran kalau posisi Indonesia dalam berkompetisi dengan atlet internasional akan semakin tersisih," kata Yayuk seperti dalam rilis yang diterima detikSport.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Komisi X sudah curiga ketika panitia Asian Games membengkak jumlahnya dari 230 orang menjadi sekitar 500 orang. Coba investigasi latar belakang masing-masing orang yang tertera namanya pada SK Nomor 026/kep-panpel/pp-Inasgoc/VI/2017. Di dalamnya banyak nama-nama yang sangat diragukan kredibilitas dan kompetensinya bahkan di bawah Deputi 1," katanya.
Dia pun meminta kepada Dewan Pengarah Asian Games Jusuf Kalla untuk mengevaluasi kembali struktur panitia INASGOC. "Kami meminta pak JK sebagai Ketua Dewan Pengarah mengevaluasi kembali dan mencari tahu siapa yang bertanggung jawab terhadap banyaknya orang yang tidak pantas masuk kedalam kepanitiaan sebesar Asian Games (red Inasgoc) yang diharapkan akan membawa harum nama bangsa Indonesia," ujar Yayuk.
Tak hanya itu, dia juga menyoroti gaji panitia INASGOC dari 2016 hingga akhir 2018 yang diperkirakan bakal lebih dari Rp 200 Milyar di luar total biaya penyelenggaraan sekitar Rp 4 Triliun.
"Ini tidak sebanding dengan kondisi dukungan pendanaan atlet berprestasi Indonesia yang selalu dalam situasi kekurangan, keterlambatan dan tidak tepat sasaran," ucap dia. (mcy/din)