Seperti Stadion utama GBK sebagai bangunan cagar budaya, Stadion Akuatik juga wajib mempertahankan coro khas bangunan lawasnya. Namun, di sisi lain, Stadion Akuatik itu harus memenuhi standar FINA (Federasi Renang Internasional).
Menilik stadion Akuatik yang dibangun 1960 itu maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU PR), sebagai penanggung jawab, bertugas merenovasi kedalaman kolam, pembangunan atap, dan fasilitas pendukung yang terbaru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atap dibangun sesuai dengan desain dari arsitek principal Ikatan Arsitek Indonesia, Andra Martin. Stadion Akuatik GBK dirancang memiliki bentuk atap yang ikonik dengan mengambil bentuk transformasi gelombang air, sesuai dengan fungsi bangunan sebagai sebuah sarana olahraga renang.
"Ini sangat menantang karena selain harus bertransformasi dan menyesuaikan dengan standar FINA, juga harus berhubungan dengan bangunan heritage," kata Anggoro kepada detikSport, Kamis (5/10/2017).
Kedua, proses renovasi Stadion Akuatik itu harus tetap berkompromi dengan struktur bangunan asli, yang diresmikan 1962, termasuk tribun lamanya.
"Dan memang dari OCA juga harus membuat stadion semi indoor untuk bisa melakukan perlombaan renang baik siang maupun malam. Jadi, kami harus mematuhi. Kami tidak bisa merubah struktur bangunan," Anggoro menjelaskan.
Ketiga, poin menarik dari proses renovasi ini adalah, jika stadion-stadion lainnya ketika direnovasi bagian tribunnya menyusut, di stadion akuatik justru jumlahnya bertambah. Dari sebelumnya berkapasitas 6 ribu menjadi 8 ribu single seat. Tribun itu juga ramah terhadap penyandang disabilitas, khususnya pengguna kursi roda.
Jika awalnya tribune penonton Stadion Akuatik GBK berkapasitas 6 ribu, maka kini menjadi 8 ribu single seat di sisi barat dan timur.
"Kini tribune lebih banyak karena ada penambahan struktur tribune baru 800 seat. Posisinya ada di kanan kiri kolam water polo sehingga kalau ditotal tribun water polo berjumlah 2 ribu seat. Sebelah kanan water polo 1.200, sementara bagian kirinya 800 seat," jelas Anggoro.
Keempat, ukuran dari kolam utama di Stadion Akuatik SUGBK diubah. Kolam utama harus memiliki ukuran 50 meter x 23 meter dengan kedalamannya 3 meter. Nantinya, kolam utama itu memilikii dengan 10 lintasan.
Kelima, selain kolam utama Stadion Akuatik GBK itu dilengkapi dengan tiga kolam lain; kolam loncat indah, kolam polo air, dan kolam pemanasan.
Khusus loncat indah, kini dilengkapi empat papat loncat indah dengan empat ketinggian, dari mulai 1 meter, 3 meter, 7,5 meter, dan 10 meter. Sedangkan kedalaman kolam loncat indah 21x25 mter dengan kedalaman 5 meter.
Stadion Akuatik GBK didukunng dengan ruang ganti, ruang kantor, ruang kesehatan, mushala, ruang bilas/toilet, dan parkir pertandingan. Perubahan signifikan Stadion Akuatik juga akan tampak dari teknologi modern yang kini sudah terpasang seperti CCTV, dan pencahayaan berkapasitas 1.500 lux, serta dilengkapi alat yang fungsinya untuk mengontrol suhu air secara real team. Baik mengontrol kadar air kolam, temperatur, kekeruhan, hingga campurannya termonitor dengan real time.
"Jadi bisa dibilang sekarang pembangunanya sudah 95 persen, sisanya hanya tinggal pekerjaan minor seperti landscap di bagian luar, paving, kemudian juga ada bangunan dry line untuk tempat latihan atlet, itu bobotnya sekitar 3 persen. Sementara major item sudah selesai semua," dia menjelaskan.
(mcy/fem)