Jakarta Marathin dihelat pada Minggu (29/10/2017) dengan memunculkan Anouar El Ghouz dan Peninah Jepkoech Kigen sebagai juaranya. Ajang lari, yang mengambil start dan finis di Monumen Nasional itu diklaim diramaikan oleh 16 ribu peserta dari 50 negara.
Setelah event usai, muncul penilaian dari berbagai kalangan. Sapta Nirwandar, chairman dan co-founder Jakarta Marathon, mengakui Jakarta Marathon 2017 belum bisa memperbaiki kekurangan yang dikeluahkan dalam empat pelaksanaan sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian peserta mengungkapkannya lewat media sosial. Yasha Chatab, cofounder IndoRunners, mengeluhkan, di antaranya, jalur steril yang tak seusai jadwal dan race central yang tak siap menerima peserta.
"Saya naik kendaraan setelah jam 3:00 dan masih bisa lewat Sudirman Thamrin. Jadi hal ini tidak terjadi. Btw, di hari Jakarta Marathon tahun ini CFD Jakarta berlangsung seperti biasanya. Seperti pasar," kata Yasha.
"Race central open untuk drop bag ditulis jam 3:00 sudah buka. Kenyataannya, jam 4:00 ratusan pelari belum bisa masuk race central dan dihalangi security," ujar dia.
Selain itu, beberapa peserta menilai Jakarta Marathon tidak aman bagi peserta. Bahkan, muncul foto salah satu peserta yang menyebut tertabrak mobil sampai terpental sejauh dua meter di kawasan Menteng. Juga jalanan yang sempit dan harus berbagi dengan transjakarta.
[Baca Juga: Jakarta Marathon 2017 Selesai, Ini Daftar Pemenangnya]
"Dari start sudah kacau. Dari empat kali ikut serta, ini yang paling kacau. Drop bag baru buka pukul 04.15 padahal di jadwal 03.00. Start juga lebih awal, jadi sebagian peserta belum benar-bnar-benar siap. Masih ada yang ngantri di toilet yang antriannya super panjang,' ujar Harsi Handarini, peserta dari Jakarta.
"Peserta dan publik yang car free day juga nyampur banget, tidak ada pembatas. Paling kacau dari bundaran patung kuda sampai bundaran HI. Jalur juga sempit sampai harus bergantian dengan transjakarta," dia menambahkan.
Agar keluhan serupa tak muncul lagi, dia meminta agar panpel tidak hanya bekerja saat hari H. tapi menyiapkan sejak jauh hari dengan menyosialisasikan Jakarta Maraton kepada masyarakat.
"Saya sebagai orang Jakarta bangga dengan event ini. Mestinya, panitia lebih banyak sosialisasi agar mereka yang tidak ikut lari juga merasa memiliki event ini," dia menyarankan.
Sementara itu, Race Director Jakarta Marathon, Edi Purnomo, mengakui sejumlah keterlambatan. Namun, dia menilai keterlambatan masih dalam taraf wajar.
"Untuk sterilnya jalur, kami sudah mengerahkan lebih dari 3.500 personel, 2.000 di antaranya dari Polda Metro Jaya," kata Edi.
"Tanda start juga mestinya didengar oleh para peserta yang start bahkan di belakang. Sebab, soundsystem kami cukup memadai," dia menambahkan.
"Setiap race selesai kami selalu mengevaluasi agar ke depannya lebih bagus. Untuk trek memang Jakarta sedang banyak pembangunan dengan MRT dan LRT," dia menuturkan.
(fem/din)