Sean takkan lagi membalap untuk Arden musim depan. Dia akan pindah ke tim Prema Racing yang merupakan pemimpin klasemen konstruktor di F2 musim ini.
Prema sendiri masih bersaing ketat dengan DAMS dan Russian Time untuk gelar juara konstruktor musim ini. Prema di puncak dengan 347, unggul dua poin dari DAMS dan enam poin dari Russian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di satu sisi, Sean akan mendapat mobil yang lebih kompetitif untuk bersaing di lintasan, tak seperti saat dia memperkuat Campos atau Arden saat ini. Tapi di sisi lainnya, Sean akan dibebani target tinggi untuk bisa mendapat hasil terbaik di setiap balapan.
Apalagi balapan F2 musim akan dilangsungkan selama 12 seri, bukan lagi 11 seperti ini. Bakal ada 24 balapan yang menentukan untuk karier Sean ke depannya. Kenapa? Karena musim depan disebut-sebut jadi tahun pembuktian kepantasan Sean naik level ke Formula 1.
Selama tiga tahun kariernya di F2 atau dulunya GP2, Sean paling maksimal finis kedua di balapan Austria musim lalu. Di musim ini pun, pebalap 21 tahun itu masih tertahan di posisi ke-15 dengan 17 poin.
Sean pun dituntut untuk bisa memberikan performa terbaiknya selama memperkuat Prema musim depan. Belum lagi ada kemungkinan perubahan aturan mesin yang bakal berpengaruh pada performa tim serta pebalap.
"Saya tahu Sean itu pebalap potensial. Tapi dia harus ingat bahwa bukan perkara mudah mengarungi balapan F2. Dia harus bisa beradaptasi dengan cepat di Prema," ujar Tim Principal Prema Racing, Rene Rosin, dalam rilis kepada detikSport.
Bisakah Sean melakukannya?
(mrp/fem)