Prima adalah salah satu dari 10 atlet soft tenis yang diproyeksikan turun di Asian Games 2018. Atlet berusia 36 tahun itu dipatok mempersembahkan medali emas di ajang tersebut.
Target itu berdasarkan pada hasil uji coba yang dilakukan belakangan ini. Pada uji coba di Thailand Open, Maret lalu, Prima berhasil meraih emas sektor tunggal putra. Sebelumnya, Prima juga meraih medali perunggu di sektor ganda campuran bersama Maya Rosa di Asian Games Incheon 2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: CdM Targetkan Dua Emas dari Soft Tenis |
Prima berharap pencapaiannya akan meningkat di Asian Games tahun ini. Apalagi, kali ini Indonesia akan jadi tuan rumah.
"Ya, penasaran juga karena Insya Allah ini menjadi yang terakhir buat saya. Pokoknya ingin hasil yang terbaik," kata Prima ketika ditemui usai latihan di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (25/4/2018).
"Saya pribadi persiapannya sudah maksimal. Kemarin di Thailand hasilnya bagus, semoga saat uji coba di Jerman Open nanti hasilnya bagus juga karena menambah kepercayaan diri saya dan teman-teman untuk menatap Asian Games nanti," tuturnya.
Menurut Prima, Indonesia punya peluang di nomor tunggal putra dan beregu putra, tinggal bagaimana nanti saat di medan laganya.
"Kendala sih tidak ada. Maksudnya, kami sudah mempersiapkan sebagus mungkin. Tetapi di lapangan tentu akan banyak faktor, seperti faktor keberuntungan dan lainnya. Semua akan mencakup jadi satu. Ya, mudah-mudahan karena kita tuan rumah sehingga semua berpihak kepada kita," kata Prima.
Baca juga: Soft Tenis Akan Uji Coba di Jerman Open 2018 |
Ingin Ada Regenerasi
Prima yang sudah sejak delapan tahun lalu hijrah ke soft tenis, dari sebelumnya menggeluti tenis, mengaku miris dengan kurangnya regenerasi di cabang tersebut. Padahal, jika dibandingkan tenis, soft tenis lebih memiliki peluang untuk berkembang terutama soal prestasi.
"Soft tenis sebetulnya cabang lama yang baru aktif kembali jadi memang peminatnya hampir semua diisi oleh pemain tenis. Tapi untungnya di Asian Games, kami masih punya pemain-pemain muda yang berani hijrah ke soft tenis meski tidak banyak," kata Prima.
"Selain itu, yang membuat soft tenis kurang peminat mungkin karena dari organisasi masih kurang gencar sosialisasi, ditambah peralatan soft tenis yang memang masih sulit dicari karena di Indonesia jarang ada yang jual," ujarnya menjelaskan.
"Saya juga ingin ada regenerasi di soft tenis tapi regenerasi yang benar-benar pemain soft tenis murni seperti Jepang dan Korea. Karena hal itu yang membuat mereka punya pemain pelapis dengan kekuatannya rata-rata sama. Sementara Indonesia kan tidak banyak. Saat ini nama-nama seperti Irfandi, Hemat Bakti Anugrah, Irfandi Hendrawan dan Gusti Jawa Kusuma saja. Saya berharap setelah Asian Games akan ada pelapis mereka lagi," katanya.
"Semoga setelah Asian Games nanti kami bisa berikan yang terbaik, sehingga masyarakat semakin tahu dan akan melihat bahwa soft tenis punya peluang. Dengan begitu peminatnya ada," tutur Prima.